Patung-patung Alit Meteorit

Edisi: 04/47 / Tanggal : 2018-03-25 / Halaman : 36 / Rubrik : SN / Penulis : Anwar Siswadi, ,


BAU dupa menguar. Sepuluh lelaki mengelilingi bangunan pendapa. Mereka yang berkostum pangsi hitam dan celana selutut serta berikat kepala biru itu memainkan kendang dan angklung. Di dalam pendapa, seorang lelaki tua berpakaian pangsi hitam mulai menari bersama tiga perempuan berkebaya putih. Mereka semua berselendang putih, merah, dan merah-putih. Musik dari gesekan rebab dan petikan kecapi khas kesenian Tarawangsa asal Sumedang, Jawa Barat, mengiringi bersama tepukan tangan.

Kelompok penonton dari Eropa, yang berjumlah 20 orang, satu per satu menghampiri, lalu menari bersama. Mereka menari di sela karya-karya Toni Kanwa Adikusumah, yang dikurung dalam empat kotak berkaca, Selasa siang pekan lalu. Sebuah patung kayu setinggi kira-kira tiga meter dipasang di ruang terbuka amfiteater.

Sepanjang 13-16 Maret lalu, Tonikini menetap di Belgiamenggelar pameran tunggal berjudul "Pamor" di Bale Handap, Selasar Sunaryo Art Space, Bandung. Setahun sekali, Toni pulang ke Tanah Air. Selain berpameran, kepulangan dia kali ini diikuti 20 turis asal Belanda, Jerman, Prancis, dan Belgia. Mereka adalah murid Toni di Belgia, tempat…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

A
Ada Keramaian Seni, Jangan Bingung
1994-04-23

Seminggu penuh sejumlah seniman menyuguhkan berbagai hal, bertolak dari seni pertunjukan, musik, dan seni rupa.…

M
Mempertahankan Perang Tanding
1994-06-25

Reog khas ponorogo bisa bertahan, antara lain, berkat festival yang menginjak tahun ke-10. tapi, di…

R
Reog Tak Lagi Menyindir
1994-06-25

Asal asul adanya reog ponorogo untuk memperingati perang tanding antara klanasewandono dengan singabarong.