Jejak Cambridge Di Belakang Trump

Edisi: 05/47 / Tanggal : 2018-04-01 / Halaman : 142 / Rubrik : INT / Penulis : Mahardika Satria Hadi, ,


DUA pekan sebelum pemilihan Presiden Amerika Serikat, seorang pengusaha Inggris membual kepada salah satu wartawan The Washington Post. Kepada si juru warta, pria berkacamata dengan rambut cokelat belah samping itu berkata bahwa perusahaannya telah mengembangkan model psikologis untuk memetakan kepribadian pemilih Amerika.

Pria yang kerap mengenakan setelan Savile Row itu, yang belakangan diketahui
bernama Alexander James Ashburner Nix, juga mengklaim teknologi yang dimiliki
perusahaannya bakal membantu Donald Trump memenangi pemilihan pada 8 November 2016. Ia menyebut teknologi canggih itu sebagai ”big data dan psikografik.”

Saat itu tak banyak yang menggubris omongan Nix. Washington Post menyebut
perusahaan tempat Nix bekerja, Cambridge Analytica, ”sebagai perusahaan kecil
yang tidak terkenal”. Di tengah berondongan jargon dan retorika politik rasis
dan anti-asing Trump selama masa kampanye, kebanyakan orang di Amerika yakin Hillary Clinton bakal menang. Hingga tiba saatnya hari pemilihan, yang terjadi malah sebaliknya: Trump justru mengalahkan Hillary.

Tiga hari selepas Trump menjadi presiden, Cambridge Analytica mengeluarkan
siaran pers berjudul ”Para Guru Data yang Mengantisipasi Hasil Pemilihan Umum”.
Sebuah kutipan dari seorang ahli veteran jajak pendapat, Frank Lutz, mengawali siaran pers itu dengan kata-kata, ”Tidak ada…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

J
Jalan Pria Ozon ke Gedung Putih
2007-10-28

Hadiah nobel perdamaian menjadi pintu masuk bagi al gore ke ajang pemilihan presiden. petisi kelompok…

P
Pesan Kematian dari Pazondaung
2007-10-28

Jasad ratusan biksu dikremasi secara rahasia untuk menghilangkan jejak. penangkapan dan pembunuhan biarawan terus berlangsung…

M
Mangkuk Biksu Bersaksi
2007-10-28

Ekonomi warga burma gampang terlihat pada mangkuk dan cawan para biksu. setiap pagi, biksu berke…