Jejak Telapak Kaki Dan Tangan Tisna

Edisi: 21/47 / Tanggal : 2018-07-22 / Halaman : 40 / Rubrik : SN / Penulis : Bambang Bujono, ,


SEMACAM etalase kaca selebar sekitar 5 meter dengan tinggi sekitar 3 meter di sisi kiri lobi gedung pameran utama Galeri Nasional Indonesia memperlihatkan setumpuk penuh sampah basah yang tampaknya sudah mengering. Ini sampah sebenarnya, konon sampah Sungai Citarum, diambil dari bagian sungai yang lewat di Bandung. Inilah sapaan pertama kepada pengunjung pameran tunggal Tisna Sanjaya, yang akan berakhir pada Sabtu, 21 Juli nanti.

Sapaan ini seolah-olah memberi isyarat bahwa pengunjung akan bertemu dengan karya seni rupa "seputar sampah". Tisna, perupa yang berangkat dari seni grafis sebelum merambah ke dunia seni rupa pertunjukan serta instalasi, sejauh ini memang dikenal dengan karya-karya yang grotesque-tidak rapi cenderung jorok tapi ekspresif, ruwet tapi tidak kusut, peletat-peletot tapi tidak janggal, murah tapi sangat berkarakter, dan didominasi warna hitam yang membentuk suasana ruang pameran. Dan, sesekali, ada karya yang meruapkan bau jengkol. Bahkan ketika dia pertama kali berpameran di sebuah mal di Jakarta, sebuah kawasan yang gemerlap dan mahal, meski terasa…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

A
Ada Keramaian Seni, Jangan Bingung
1994-04-23

Seminggu penuh sejumlah seniman menyuguhkan berbagai hal, bertolak dari seni pertunjukan, musik, dan seni rupa.…

M
Mempertahankan Perang Tanding
1994-06-25

Reog khas ponorogo bisa bertahan, antara lain, berkat festival yang menginjak tahun ke-10. tapi, di…

R
Reog Tak Lagi Menyindir
1994-06-25

Asal asul adanya reog ponorogo untuk memperingati perang tanding antara klanasewandono dengan singabarong.