Pemain Cadangan Di Belakang Kertanegara.

Edisi: 25/27 / Tanggal : 2018-08-19 / Halaman : 26 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Wayan Agus Purnomo, Hussein Abri Dongoran, Budiarti Utami Putri


KETEGANGAN menyelimuti ruang tengah kediaman Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Kamis pekan lalu. Petang itu, kelompok ulama yang tergabung dalam Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama meminta waktu bertemu. ”Kami mau menyampaikan rekomendasi dua calon wakil presiden yang baru,” kata Ketua GNPF Muhammad Yusuf Martak kepada Tempo, Jumat pekan lalu.

Mula-mula, Yusuf menjelaskan keputusan ”Ijtima Ulama” yang diselenggarakan GNPF di Hotel Peninsula, Jakarta, pada akhir Juli lalu, yang merekomendasikan Ketua Dewan Syura Partai Keadilan Sejahtera Salim Segaf Al-Jufri dan mubalig Abdul Somad Batubara sebagai pendamping Prabowo dalam pemilihan presiden 2019. Setelah Somad menolak menjadi calon wakil presiden, Yusuf mempertanyakan alasan Prabowo menepis Salim Segaf.

Seorang peserta pertemuan menuturkan suasana di dalam ruangan. Menurut narasumber ini, Prabowo menjelaskan telah mengupayakan hasil ”Ijtima Ulama” diterima calon mitra koalisi. Rupanya, nama-nama yang muncul tak didukung dengan bulat. Prabowo pun menambahkan, ”Mereka juga sudah menetapkan hati memilih Sandiaga Uno sebagai pendamping saya.”

Seorang anggota rombongan menyahut dengan nada tinggi: ”Ini tidak sesuai dengan arahan Habib Rizieq Syihab. Anda tidak mengikuti anjuran beliau.” Pendukung Prabowo yang berada di dalam ruangan bereaksi. ”Saya sebagai saksi Prabowo sudah berjuang,” katanya.

Suasana makin tegang setelah Ketua Umum Front Pembela Islam Sobri Lubis ikut bersuara agak keras. ”Kalau rekomendasi ini tidak diikuti, ulama tidak akan mendukung Anda,” ujarnya.

Ditekan tamunya, respons Prabowo tak kalah keras. ”Silakan tidak mendukung saya. Tapi saya akan tetap memperjuangkan kepentingan umat,” kata Prabowo.

Pertemuan berakhir tanpa kesepakatan. Para pentolan kelompok 212—gerakan menuntut Gubernur DKI Jakarta saat itu, Basuki Tjahaja Purnama, dipenjarakan dengan tuduhan menista agama—meninggalkan ruangan. Di luar pagar, wartawan segera mengerubuti Yusuf Martak.

Ulama 212, kata Yusuf, merekomendasikan dua nama baru, Muhammad Arifin Ilham dan Abdullah Gymnastiar, karena mereka tak ingin Prabowo kalah lagi. Ia sempat menyindir Prabowo karena tidak meniru pesaingnya, Joko Widodo, yang memilih Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Ma’ruf Amin sebagai calon wakilnya. ”Pak Jokowi lebih cerdas dari kita.”

l l l

PEJABAT teras…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…