Teater Kubur: Macet
Edisi: 31/47 / Tanggal : 2018-09-30 / Halaman : 50 / Rubrik : SN / Penulis : Seno Joko Suyono, ,
UNSUR air beberapa kali menjadi metafora dalam pentas yang merefleksikan soal banjir tersebut. Dalam sebuah adegan, aktor-aktor mengucurkan air dari stoples plastik yang bocor. Air membasahi lantai, tapi tak menggenang. Dalam adegan lain, para aktor tiba-tiba membenamkan kepala ke stoples. Lalu mulut mereka menyemburkan air.
Pertunjukan terbaru Teater Kubur berjudul Instalasi Macet itu memperbolehkan penonton ikut duduk di panggung prosenium Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Konsep ini mengandaikan adanya interaksi intim antara aktor dan penonton. Sejak kemunculannya lewat repertoar Sirkus Anjing (1989), Teater Kubur senantiasa menempatkan diri sebagai "anak haram" dari modernisasi kota. Pentas-pentasnya menampilkan ekspresi tubuh dan permainan kata-kata dari sebuah subkultur yang bertahan dan resistan terhadap kekerasan pembangunan.
Pentas "anak haram" kali ini bertolak dari riset terhadap Kampung Apung di Kelurahan Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat. Kampung ini hampir 30 tahun mengalami…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Ada Keramaian Seni, Jangan Bingung
1994-04-23Seminggu penuh sejumlah seniman menyuguhkan berbagai hal, bertolak dari seni pertunjukan, musik, dan seni rupa.…
Mempertahankan Perang Tanding
1994-06-25Reog khas ponorogo bisa bertahan, antara lain, berkat festival yang menginjak tahun ke-10. tapi, di…
Reog Tak Lagi Menyindir
1994-06-25Asal asul adanya reog ponorogo untuk memperingati perang tanding antara klanasewandono dengan singabarong.