Tergagap Pada Tanggap Darurat.

Edisi: 33/47 / Tanggal : 2018-10-14 / Halaman : 28 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Hussein Abri Dongoran, Syaipul Hadi, Raymundus Rikang.


LUMPUR itu seperti ombak yang datang bergulung-gulung. Kin Saluah sempat melihatnya sebelum rumahnya rata tersapu pada Jumat petang dua pekan lalu. Sambil terus berlari bersama keluarganya ke tempat yang tak terjangkau terjangan lumpur, sesekali Kin menengok ke belakang. “Seperti punya pusaran, lumpur itu menyedot apa saja yang ada di dekatnya,” kata pria 42 tahun itu pada Selasa pekan lalu.

Beberapa saat sebelumnya, rumah Kin, yang terletak di pinggir wilayah Kelurahan Petobo, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu, masih tegak setelah diguncang gempa dengan magnitudo 7,4 pada pukul 18.02 Waktu Indonesia Tengah. Tapi, agak ke tengah Petobo, gempa menyebabkan wilayah itu ambles. Bangunan yang berdiri di atasnya melesak ke dalam tanah.

“Saat gempa, tanah seperti diputar,” ujar Kin, “seperti air di dalam blender.” Setelah itu, luapan lumpur muncul dari dalam tanah dengan laju seperti tanah longsor.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyebutkan seluas 180 hektare wilayah Petobo terbenam ke dalam tanah. Gempa dan likuefaksi merebahkan 2.050 rumah. Camat Palu Selatan Ashar Yotomaruangi memperkirakan 6.000 dari 11.000 penduduk Petobo tewas dalam bencana itu. “Sekitar 75 persen rumah penduduk digulung lumpur,” katanya. Bersama Balaroa di Kecamatan Palu Barat, Petobo adalah daerah paling luluh-lantak di Palu.

Penduduk yang selamat seperti Kin Saluah kini bermukim di pengungsian yang masih terletak di Palu Selatan. Ashar Yotomaruangi tak tinggal diam melihat warganya kesusahan. Ia menggerakkan para lurah di wilayahnya mencari barang-barang yang dibutuhkan pengungsi. Ia juga berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk mendapatkan logistik. Tapi bantuan datang tak sesuai dengan kebutuhan.

Pada Rabu pekan lalu, Palu Selatan mendapat jatah sepuluh karung beras, yang masing-masing berisi 50 kilogram, dari Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Tengah. Ashar kemudian menaruhnya di lapangan pendidikan anak usia dini…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…