Menghidupkan Ceramah Takdir Alisjahbana.

Edisi: 34/47 / Tanggal : 2018-10-21 / Halaman : 58 / Rubrik : SN / Penulis : Seno Joko Suyono, ,


SESEORANG membawa alat rekam model kuno. Diletakkannya alat itu di lantai. Dan dari alat rekam tersebut muncul suara Sutan Takdir Alisjahbana. Suara itu bagian dari ceramah Takdir pada 10 April 1970 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, berjudul “Masyarakat Kebudayaan Dunia yang sedang Tumbuh dan Kedudukan Indonesia di Dalamnya”. Salah satu ceramah Takdir yang paling penting tentang modernitas.

Hanya beberapa detik suara Takdir terdengar, alat rekam itu lalu dimasukkan ke kardus. Ceramah Takdir seolah-olah dibuang atau disingkirkan. Layar lalu menyorotkan visual kaset jadul yang berputar. Bersamaan dengan itu, empat aktor Teater Ghanta di panggung, yakni Faris As Jaka, Kartika C. Manurung, Diah Lestari, dan Ikke Dirga Santosa, menghadirkan kembali (re-enactment) pidato asli Takdir yang “dibungkam” tadi. Pentas semacam lecture performing.

Pertunjukan kelompok teater asal Jakarta itu lain daripada yang lain. Terasa intelektual. Pentas itu bertolak dari arsip audio yang disimpan di Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Pada 2006-2010, DKJ mendigitalkan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

A
Ada Keramaian Seni, Jangan Bingung
1994-04-23

Seminggu penuh sejumlah seniman menyuguhkan berbagai hal, bertolak dari seni pertunjukan, musik, dan seni rupa.…

M
Mempertahankan Perang Tanding
1994-06-25

Reog khas ponorogo bisa bertahan, antara lain, berkat festival yang menginjak tahun ke-10. tapi, di…

R
Reog Tak Lagi Menyindir
1994-06-25

Asal asul adanya reog ponorogo untuk memperingati perang tanding antara klanasewandono dengan singabarong.