Setelah Bencana Melanda.

Edisi: 35/47 / Tanggal : 2018-10-28 / Halaman : 56 / Rubrik : KSH / Penulis : Francisca Christy Rosana., Nur Alfiyah,


KAMPUNG Donggala Kodi lengang pada Ahad malam pekan lalu. Guyuran hujan dan pemadaman listrik membuat kampung yang terletak di Kecamatan Palu Barat, Kota Palu, itu sunyi. Di salah satu sudut kampung, Selvi, 40 tahun, meringkuk di bawah meja warung pecel ayam miliknya.

Ia menolak melayani beberapa tetangganya yang hendak makan. Satu per satu pelanggannya pun pergi. Mereka maklum ibu satu anak itu masih merasa trauma terhadap kegelapan dan suara air menetes. Suasana itu mengingatkan Selvi pada gempa, tsunami, dan likuefaksi yang melanda Palu tiga pekan lalu.

Selvi sebenarnya hanya merasakan gempa karena kampungnya terletak di dataran cukup tinggi. Namun pengalaman melihat dan mendengar suara gemuruh, tangisan korban yang mengungsi ke Donggala Kodi dan darah yang menetes dari tubuh mereka, serta langit yang gelap kala itu masih melekat di benaknya. “Saya takut,” katanya.

Di tempat berbeda, Naya Asmilatifa menjerit setiap kali ada orang yang tak dikenalnya mendekat. “Dia trauma dengan dokter,” tutur sang ayah, Azan Akbar, 42 tahun.

Bocah tiga tahun ini ditemukan tim evakuasi di balik reruntuhan beton…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

A
Awas, Olahraga dan Rapuh Tulang
1994-05-14

Olahraga keras dan berlebihan bisa mengakibatkan rapuh tulang. pelari maraton, pebalet, atlet dayung, dan pelatih…

D
Dari Mana Raja Singa di Wamena?
1994-04-16

Banyak penduduk pedalaman irian jaya ditemukan mengidap penyakit kelamin. sejumlah pria pernah diundang "pesiar" ke…

C
Cangkok Cara Tegalrejo
1994-04-16

Rumah sakit tegalrejo semarang mencatat sukses mencangkok sumsum penderita talasemia. tanpa transfusi, pasien bisa hidup…