Sepotong Jejak Muslim Al-andalus

Edisi: 39/47 / Tanggal : 2018-11-25 / Halaman : 46 / Rubrik : IMZ / Penulis : Purwani Diyah Prabandari., ,


JARUM jam mendekati tanda pukul 11 siang. Satu demi satu orang berdatangan dan ber­kerumun di depan bangunan di pinggir terminal di Sevilla, Spanyol, pada akhir Agustus lalu. Pintu gerbang dengan tu­lisan “Fundacion Mezquita de Sevilla” (Yayasan Masjid Sevil­la) di atasnya masih tertutup rapat.

Setelah pintu dibuka, mereka menu­ju ruangan yang cukup luas di lantai dua. Ada partisi kayu berornamen yang mem­bagi ruangan menjadi dua, yakni untuk jemaah perempuan dan jemaah laki-laki. Orang makin banyak berdatangan. Se­jumlah perempuan mengenakan jilbab biasa. Ada pula yang berkerudung model turban, yang biasa dikenakan muslimah di Spanyol. Adapun di antara jemaah pria ada yang berkemeja, berkaus, dan satu orang mengenakan hem batik.

“Setiap Ahad kami mengaji,” kata se­orang perempuan yang hadir awal pada hari itu.

Menjelang siang, mereka memang men­daras Al-Quran bersama-sama, tepatnya surat-surat pendek di pengujung Kitab Suci. Kebanyakan sudah hafal tanpa perlu menyimak Al-Quran atau lembaran-lem­baran yang berisi surat yang dibaca. Awal­nya saya sulit mengikuti mereka. Cara mendaras mereka begitu asing di telinga, dengan pemutusan bacaan ayat yang ber­beda dengan cara membaca Quran yang saya pelajari di Indonesia. Setelah bebera­pa lama dengan saksama memelototi lem­baran-lembaran surat pendek yang saya pegang, barulah saya bisa mengikuti.

“Setelah mengaji, kami biasanya kum­pul-kumpul santai,” ujar Aisha, seorang anggota jemaah.

Memang, acara pada Ahad menjelang siang itu, selain mengaji bersama, adalah kumpul-kumpul layaknya pertemuan ke­luarga besar. Banyak yang hadir memba­wa serta semua anggota keluarga, dari orang tua, orang dewasa, remaja, hing­ga anak-anak. Terlihat hubungan yang sangat dekat. Siang itu, beberapa orang memberikan kado kepada seorang bocah perempuan. “Dia berulang tahun,” tutur Fatima Azzahra Zamorano Garcia. Mere­ka potluck-an membawa camilan dan mi­numan yang dinikmati sembari meng­obrol santai.

Tapi, siang itu, ada acara tambahan yang digelar di “musala” terbesar di ibu kota kawasan otonomi Andalusia terse­but. Begitu selesai mendaras Quran, para lelaki terlihat merangsek membuat keru­munan yang lebih kecil. “Ada yang meng­ucapkan syahadat,” seorang anggota je­maah perempuan memberi tahu saya dari jarak agak jauh. Partisi yang berdiri beror­namen bolong-bolong sehingga jemaah perempuan juga bisa melihatnya.

Tak lama kemudian, jemaah meng­ucapkan takbir bersama: “Allahu akbar.” Takbir tersebut menutup acara pembaca­an syahadat, dan para pria pun menyala­mi sang mualaf yang baru saja mendekla­rasikan diri menjadi muslim.

Presiden Yayasan Masjid Sevilla Ibra­him Hernandez menyatakan hampir se­tiap satu atau dua pekan ada orang yang mengucapkan syahadat di musala yang dikelola organisasinya itu. “Perkembang­an umat Islam cukup pesat…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Iqbal, Sang ’Allama
2008-04-20

Tanggal 21 april 2008 menandai genap tujuh dekade wafatnya muhammad iqbal. selaku politikusnegara­wan, sumbangan terbesar…

I
Iqbal, Sang Politikus
2008-04-20

Sebuah pidato terlontar di depan anggota partai politik liga muslim pada 29 desember 1930 di…

K
Kerajaan Cinta dalam Senyap Mawar
2008-04-20

Tidak mudah menguraikan kekuatan puisi seorang penyair besar, kecuali melalui perbandingan sajak dengan penyair lain…