Menanti Realisasi Dana Abadi
Edisi: 43/47 / Tanggal : 2018-12-23 / Halaman : 52 / Rubrik : SN / Penulis : Angelina Anjar Sawitri, Ahmad Faiz, Seno Joko Suyono
SEBUAH panggung berkuÃâÃÂbah bambu berdiri megah di pelataran kantor KementeriÃâÃÂan Pendidikan dan KebudaÃâÃÂyaan sepanjang 5-9 DesemÃâÃÂber 2018. Panggung setinggi 10 meter yang terbuat dari sekitar 1.400 bilah bambu itu menjadi saksi bagi lahirnya konsep strategi ÃâÃÂkebudayaan, yang akan menjadi pedoman pembuatan kebijakan kebudayaan di negeÃâÃÂri ini. Di bawah kubah bambu tersebut, PreÃâÃÂsiden Joko Widodo, dalam penutupan KonÃâÃÂgres Kebudayaan Indonesia 2018, 9
DesemÃâÃÂber lalu, menerima buku Strategi KebudaÃâÃÂyaan dari perwakilan tim perumus KongÃâÃÂÃâÃÂres, Profesor Dr I Made Bandem dan Dr Nungki Kusumastuti.
Dibanding tahun-tahun sebelumnya, konsep kongres kebudayaan tahun ini amat berbeda. Kongres terdahulu, menuÃâÃÂrut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, tidak memiliki sangkut-paut yang jelas dengan proses pengambilÃâÃÂan keputusan. Rekomendasi-rekomendaÃâÃÂsi yang muncul pun, walaupun brilian, jaÃâÃÂrang membuahkan kebijakan yang berkeÃâÃÂlanjutan. âââ¬ÃÂSaya berharap strategi kebudaÃâÃÂyaan akan menjadi pedoman pemajuan keÃâÃÂbudayaan nasional sampai 20 tahun ke deÃâÃÂpan,âââ¬Ã ujar Muhadjir, yang juga ketua tim perumus strategi kebudayaan.
Menurut Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid, penyusunan strategi
kebuÃâÃÂdayaan ini memakan waktu sedikitnya seÃâÃÂpuluh bulan. Berangkat dari instruksi PreÃâÃÂsiden Joko Widodo kepada Muhadjir pada 31 Agustus 2016, dimulailah digelar berbaÃâÃÂgai pra-kongres. Pada 27 April 2017, setelah hampir 35 tahun dibicarakan, Undang-UnÃâÃÂdang Nomor 5 Tahun 2017 tentang PemajuÃâÃÂan Kebudayaan disahkan Dewan PerwaÃâÃÂkilan Rakyat. Undang-undang ini
mengÃâÃÂÃâÃÂamanatkan agar disusun sebuah strategi kebudayaan yang bertolak dari pokok-poÃâÃÂkok pikiran kebudayaan daerah. Lebih dari 800 pertemuan aktivis kebudayaan keÃâÃÂmudian dibuat untuk menampung berbaÃâÃÂgai gagasan, dari tingkat kabupaten, kota, sampai provinsi.
Gagasan itu, pada punÃâÃÂcak kongres kemarin, dirumuskan menÃâÃÂjadi tujuh poin strategi kebudayaan yang akan ÃâÃÂdituangkan dalam sebuah peraturan ÃâÃÂpresiden.
Agar strategi-strategi itu bisa segera diÃâÃÂimplementasikan, tim perumus menyusun tujuh resolusi yang merupakan turunan dari poin-poin strategi kebudayaan.
ResoÃâÃÂlusi itu mencakup pembentukan Pekan KeÃâÃÂbudayaan Nasional, pelibatan maestro daÃâÃÂlam pendidikan formal, peningkatan progÃâÃÂram pertukaran dan residensi untuk seniÃâÃÂman, pembangunan pusat inovasi kebudaÃâÃÂyaan, pelibatan seniman dalam kebijakan pariwisata dan ekonomi kreatif, pembenÃâÃÂtukan dana perwalian kebudayaan, serta pemfungsian aset publik dan fasilitas yang ada sebagai pusat kegiatan budaya.
Hilmar mengatakan, dari tujuh resolusi itu, yang bisa terwujud dalam waktu dekat adalah Pekan Kebudayaan Nasional. ProgÃâÃÂram itu berkaitan dengan pemfungsian faÃâÃÂsilitas budaya. Saat ini ada lebih dari 2.500 fasilitas budaya yang tersebar di seluruh Indonesia. Sayangnya, yang benar-benar berfungsi hanya sekitar 10 persen. PersoÃâÃÂalannya, kata dia, adalah minimnya progÃâÃÂram yang berjalan.…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Ada Keramaian Seni, Jangan Bingung
1994-04-23Seminggu penuh sejumlah seniman menyuguhkan berbagai hal, bertolak dari seni pertunjukan, musik, dan seni rupa.…
Mempertahankan Perang Tanding
1994-06-25Reog khas ponorogo bisa bertahan, antara lain, berkat festival yang menginjak tahun ke-10. tapi, di…
Reog Tak Lagi Menyindir
1994-06-25Asal asul adanya reog ponorogo untuk memperingati perang tanding antara klanasewandono dengan singabarong.