Cokorda Sawitri, Pentas Yang Sublim

Edisi: 47/47 / Tanggal : 2019-01-20 / Halaman : 58 / Rubrik : LIPSUS / Penulis : Bambang Bujono., ,


PENTAS Sakyamu­ni itu Saja (Perlu Mati) berangkat dari pui­si; berlangsung bersa­ma puisi, mantra, dan tari legong; berakhir dengan sunyi. “Selesai. Mati. Gelap. Terang. Man­tra bisu. Doa bungkam. Langit dan bumi juga selesai.” Para pemain me­nyingkir ke samping, pembaca puisi surut menjauh dari penonton, lam­pu meredup untuk kemudian gelap.

Cokorda Sawitri menyuguhkan tontonan yang menyimpang (bisa sebagai kecenderungan baru, bisa juga menunjuk ke yang dulu per­nah ada) dari pertunjukan (tari, tea­ter) Indonesia masa kini yang cen­derung mengolah tubuh, menyisip­kan gerak tari atau adegan yang ga­duh sebagai wahana bercerita yang mungkin pada naskah hanya sekali­mat petunjuk.

Puisi (Cok—sapaan akrab Cokor­da—sendiri menyebutnya sebagai “naskah drama tari”) “Sakyamuni itu Saja (Perlu Mati)” dekat dengan puisi klasik yang disebut mantra: kata dan kalimat tak jelas berkisah, hanya sugesti serta imaji-imaji rupa dan bunyi. Sang pembaca (dibawa­kan oleh April Artison, aktris teater) membaca dengan datar hampir tan­pa ekspresi.

Ketika puisi mulai dibacakan, di pentas adalah tubuh-tubuh berkos­tum merah, jingga, putih, sedikit hi­jau, sedikit hiasan. Kostum meng­ingatkan pada pakaian perempu­an Tibet atau Cina: menutup dari le­her hingga mata kaki. Mereka berge­rak, minimal, mengutamakan gerak langkah kaki. Kadang, pada posisi membungkuk,…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Merebut Kembali Tanah Leluhur
2007-11-04

Jika pemilihan presiden dilakukan sekarang, megawati soekarnoputri akan mengalahkan susilo bambang yudhoyono di kota blitar.…

D
Dulu 8, Sekarang 5
2007-11-04

Pada tahun pertama pemerintahan, publik memberi acungan jempol untuk kinerja presiden susilo bambang yudhoyono. menurut…

Sirkus Kepresidenan 2009
2007-11-04

Pagi-pagi sekali, sebelum matahari terbit, email membawa informasi dari kakak saya. dia biasa menyampaikan bahan…