Presiden Jakarta Selatan
Edisi: 09/48 / Tanggal : 2019-04-28 / Halaman : 38 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Hussein Abri Dongoran, Devy Ernis, Budiarti Utami Putri
MENGANCIK pukul tiga sore pada hari pencoblosan 17 April, wajah tetamu di rumah peninggalan orang tua Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara Nomor 4, Jakarta Selatan, terlihat lesu. Ketua Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno, Djoko Santoso, dan Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional Amien Rais menekuk muka.
Mereka menatap satu-satunya layar televisi yang menampilkan saluran TV One di ruang tengah itu. Saluran tersebut mulai menayangkan hasil hitung cepat pemilihan presiden 2019 oleh sejumlah lembaga survei. Salah satunya Indikator Politik Indonesia, yang menunjukkan perolehan suara Joko Widodo-Maâââ‰â¢ruf Amin mencapai 55,97 persen dan Prabowo-Sandiaga 44,03 persen. Waktu itu, data yang masuk belum separuhnya.
Amien Rais membuka suara. Menurut Amien, peluang menang kian tipis jika selisih suara kian tebal. "Bisa kalah kita kalau lebih dari 10 persen," ujarnya. Ia membalikkan badan, lalu masuk ke ruang kerja Prabowo. Di dalam ruangan, Prabowo, Sandiaga, serta sejumlah pendukungnya, seperti Ketua Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera Salim Segaf Aljufri dan Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama Yusuf Muhammad Martak, menggelar rapat tertutup.
Tetamu di ruang tengah membuka-buka telepon selulernya. Ada yang mencari tahu situasi di lapangan dengan mengontak tim sukses di daerah, ada juga yang mengecek hasil hitung cepat di media lain. Di antara mereka, ada sekumpulan purnawirawan jenderal yang duduk di sofa, seperti Mayor Jenderal Purnawirawan Soenarko dan Letnan Jenderal Purnawirawan Bibit Waluyo, Gubernur Jawa Tengah 2008-2013. "Ini tegang. Tegang," ujar Soenarko, mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus.
Sekitar pukul 15.40, Wisjnuprapto, guru besar Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung, yang duduk di sebelah Soenarko, mengabarkan bahwa Prabowo-Sandiaga unggul dalam hitung cepat di Kompas TV, yang dia lihat di…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…