Jalan Baru Para Pesohor

Edisi: 14/48 / Tanggal : 2019-06-02 / Halaman : 32 / Rubrik : GH / Penulis : Gabriel Wahyu Titiyoga, Aminuddin A.S, Shinta Maharani


DONNY Supriyadi memperlihatkan kedua kepalan tangannya. Tato huruf kapital berjajar di delapan ruas tengah jarinya. Warnanya hitam rajah dan tampak memudar lantaran sudah dua kali dicoba dihapus. “Dua kali lagi bisa hilang,” kata Donny saat ditemui Tempo di Masjid Al Asy’ari Universitas Islam Bandung pada Kamis sore, 16 Mei lalu.

Menghapus tato dilakukan Donny semenjak dia memutuskan mengubah jalan hidupnya: memperdalam ajaran agama Islam. Tidak semua tato di tubuhnya—dari dada hingga lengan—bisa dihapus. Namun hal itu tak mengurangi usaha Donny untuk terus beribadah dan memperdalam agama yang sejak kecil dianutnya.

Pria 44 tahun itu datang ke Masjid Al Asy’ari untuk mengikuti kajian khusus Ramadan tentang sejarah Islam yang dibawakan Ustad Zulhendra dari komunitas At-Tashdiq Indonesia. Kajian dilanjutkan dengan acara berbuka puasa dan salat magrib. Selepas itu, Donny menunaikan salat tarawih di sana.

Hidup Donny sekarang bertolak belakang dengan apa yang ia jalani tiga dekade lalu. Merupakan salah satu pendiri band Jeruji, yang melejit sejak 1990-an, pria yang kerap dipanggil Dempak—pelafalan dari Themfuck—itu adalah vokalis grup musik beraliran hardcore punk tersebut. Profesi itu ia jalani selama 20 tahun. Donny juga orator andal kala Jeruji tampil di atas panggung.

Menjadi bintang musik hardcore tak membuat Donny merasa puas. Dia mengaku bosan dengan rutinitas bermusik dan tampil di atas panggung. “Kehidupan tidak ada perubahan. Waktu habis buat nongkrong di luar daripada menghabiskan waktu bareng keluarga,” ujarnya.

Perubahan ini dimulai Donny setelah ia menghadapi sebuah peristiwa yang cukup menohoknya pada 2012. Kejadian ini pun membuatnya memutuskan untuk meninggalkan dunia musik yang sudah puluhan tahun ia geluti. Ketika itu, sang istri, Hanti Susanti, mencoba membangunkan putra sulung mereka untuk salat subuh. Menurut cerita istrinya kepada Donny, anaknya itu tak mau bangun untuk salat. Alasan inilah yang membuat Donny langsung termenung. “Anak saya bilang, ‘Ngapain salat, Ayah juga enggak salat.’ Ucapan itu menjadi semacam cambukan buat saya,” katanya.

Semenjak itu, Donny kerap dihinggapi perasaan bersalah terhadap anaknya karena tak memberi teladan. Kegundahannya ini mendorong dia untuk sungguh-sungguh…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

T
Tak Terpisahkan Capek, Jazz, dan Bir
1993-10-02

Sejumlah eksekutif mencari dunia lain dengan mendatangi kafe. kafe yang menyuguhkan musik jazz jadi rebutan.…

A
AGAR MISS PULSA TIDAK KESEPIAN
1993-02-06

Pemakaian telepon genggam atau telepon jinjing kini tak hanya untuk bisnis tapi juga untuk ngobrol.…

I
INGIN LAIN DARI YANG LAIN
1992-02-01

Festival mobil gila dalam pesta otomotif 92 di surabaya akan diperlombakan mobil unik, nyentrik dan…