Gairah Pacuan Kuda Minang

Edisi: 18/48 / Tanggal : 2019-06-30 / Halaman : 46 / Rubrik : IMZ / Penulis : Febrianti., ,


BEGITU trompet kuning ditiup salah seorang steward dari menara pengawas pertandingan, kuda-kuda pacu dari boks start dilepas dan melesat kencang di lintasan. Sorak-sorai penonton yang memenuhi tribun dan pinggir lintasan riuh menyemangati kuda-kuda jagoannya yang sedang berpacu dalam pertandingan Kejuaraan Pacuan Kuda Lebaran Cup 2019 di arena pacuan Kubu Gadang, Payakumbuh, Sumatera Barat, Ahad, 16 Juni lalu.

Kejuaraan balap kuda tahunan yang digelar dua hari, 16-17 Juni lalu, itu diikuti 50 kuda pacu besar dari beberapa daerah di Sumatera Barat dan Riau. Di gelanggang pacuan, aneka warna bendera tiap daerah yang wakilnya ikut bertanding terlihat berkibar-kibar. Merah warna bendera Agam, kuning Batusangkar, hijau Padang Panjang, kuning-hijau Pariaman, biru Payakumbuh-Lima Puluh Kota, putih-kuning-biru Sawahlunto, kuning-biru Padang, dan kuning-merah Solok.

Menurut ketua pelaksana lomba balap kuda Datuk Paduko Boso Nan Kuniang, jumlah peserta kali ini tidak sebanyak kontestan kejuaraan sebelumnya yang digelar di tempat yang sama pada Februari lalu. Penyebabnya, sekitar 20 kuda pacu dari Sumatera Barat sedang mengikuti kejuaraan nasional di Salatiga, Jawa Tengah. “Yang bertanding sekarang kuda-kuda pacu yang sebagian besar belum pernah ikut kejurnas,” kata Datuk Paduko Boso.

Meski begitu, hal itu tak mengurangi kemeriahan adu lari kuda tersebut. Makin siang, warga yang datang makin banyak, dari anak-anak, remaja, hingga orang tua. Selain memenuhi tribun, banyak dari mereka yang berkerumun di pinggir lintasan balap. Para penonton itu berasal dari Payakumbuh dan daerah sekitarnya, seperti Bukittinggi, Padang Panjang, dan Batusangkar, juga perantau. Pemirsa lelaki tampak mengenakan topi koboi yang banyak dijual di pinggir lintasan.

Antusiasme penonton kentara karena masyarakat di Ranah Minang memang sudah lama akrab dengan pacuan kuda. Di antara para spektator itu juga ada beberapa yang menjadikan pertandingan tersebut sebagai ajang taruhan. Setiap kali kuda berpacu, sejumlah pejudi gelap yang memegang buku panduan balap kuda itu berteriak gembira, dan ada yang merasa frustrasi ketika kuda sampai di garis finis.

Kejuaraan Pacuan Kuda Lebaran Cup itu diawali dengan balap kuda bogi, balap kuda tradisional di Sumatera Barat. Kuda bogi adalah kuda yang membawa bendi atau dokar kecil dengan hanya satu penumpang. Setelah itu, pertandingan dilanjutkan dengan balap kuda kelas pemula hingga kelas derby—kelas pacuan kuda paling bergengsi.

Menurut Aldias Sastra, Wakil Ketua Komisi Pacuan Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi), ada kalender tahunan dari…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Iqbal, Sang ’Allama
2008-04-20

Tanggal 21 april 2008 menandai genap tujuh dekade wafatnya muhammad iqbal. selaku politikusnegara­wan, sumbangan terbesar…

I
Iqbal, Sang Politikus
2008-04-20

Sebuah pidato terlontar di depan anggota partai politik liga muslim pada 29 desember 1930 di…

K
Kerajaan Cinta dalam Senyap Mawar
2008-04-20

Tidak mudah menguraikan kekuatan puisi seorang penyair besar, kecuali melalui perbandingan sajak dengan penyair lain…