Dari Tubuh Garam Hingga Universitas Kaspar
Edisi: 25/48 / Tanggal : 2019-08-18 / Halaman : 46 / Rubrik : SN / Penulis : Anwar Siswadi, ,
BERPAKAIAN toga dan menenteng tas koper merah gemuk, Tony Broer berjalan menuruni tembok berundak. Lantunan Gaudeamus Igitur, himne mahasiswa internasional yang biasa dinyanyikan saat acara wisuda, mengiringi langkahnya. Sampai di ujung terbawah tembok, ia berbalik. Tubuhnya membungkuk, berancang-ancang seperti peloncat indah yang hendak terjun. Tangannya berayun. Ujung sepatu belakangnya sudah tergantung. Ketegangan yang terbangun mencair ketika ia menurunkan kakinya pelan-pelan ke lantai panggung pertunjukan.
Terganggu oleh alunan himne yang keluar dari pelantang suara berwarna merah itu, Tony mengancam hendak melempar sumber suara tersebut dengan buku tebal. Lagu berhenti sebentar, lalu mengalun lagi. Tony mencopot paksa pelantang suara dari tembok dan membantingnya ke lantai. Alat itu rupanya kebal, meski sempat juga dihantam dengan bangku berduri tiga kali. Lagu baru berhenti setelah Tony menyuruhnya diam lewat kode telunjuk di depan mulut. Saat suasana hening, ia mengecup pelantang itu.
Adegan dalam pertunjukan teater berjudul Universitas Kaspar tersebut tampil sebagai pentas pamungkas Festival Teater Tubuh 2019 di Selasar Sunaryo Art Space, Bandung. Berlangsung pada 23-28 Juli lalu, festival yang digelar sebagai acara ulang tahun ke-37 kelompok Teater Payung Hitam itu diikuti sembilan grup penampil dan seorang pemain yang menanggapi instalasi pelukis Rosid berupa artefak alat pertanian kayu tradisional koleksinya. Selain Teater Payung Hitam, dari Bandung ada kelompok Lab Teater Tubuh. Ada…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Ada Keramaian Seni, Jangan Bingung
1994-04-23Seminggu penuh sejumlah seniman menyuguhkan berbagai hal, bertolak dari seni pertunjukan, musik, dan seni rupa.…
Mempertahankan Perang Tanding
1994-06-25Reog khas ponorogo bisa bertahan, antara lain, berkat festival yang menginjak tahun ke-10. tapi, di…
Reog Tak Lagi Menyindir
1994-06-25Asal asul adanya reog ponorogo untuk memperingati perang tanding antara klanasewandono dengan singabarong.