Jalur Kuno Ziarah Santo

Edisi: 28/48 / Tanggal : 2019-09-08 / Halaman : 38 / Rubrik : SEL / Penulis : Moyang Kasih Dewimerdeka, ,


MUSIM panas Juli 2019. Berjalan di bawah sinar matahari pukul sebelas siang terasa seperti merenangi uap panas. Angin serupa hawa yang keluar dari oven menyala, tak mampu mengeringkan keringat yang lengket. Sudah hampir satu jam kami melintasi desa-desa lengang dan ladang gandum kekuningan ketika sampai di sebuah persimpangan dan bingung menentukan jalan.

Kami, rombongan keluarga yang mendorong-dorong stroller bayi, barangkali tak tampak seperti kelompok peziarah. Maka, ketika kami memberi tahu seorang perempuan tua yang sedang merapikan rumpun bunga ungu foxglove di depan Pilgrims Cottage di Desa Kingston bahwa kami mencari rute ziarah ke Canterbury, dia tampak sedikit terkejut. Tapi perempuan pemilik penginapan itu segera menggantinya dengan senyum ramah. “Biasanya mereka melintasi ladang ini,” katanya sambil menunjuk jalan setapak kecil berpalang kayu di samping pondoknya yang mengarah ke ladang gandum luas. “Rute ziarah ini tembus sampai Roma.”

Kami hari itu tak berniat ke Roma. Memulai perjalanan dari Hythe, kota pantai di tepi tenggara Inggris, kami hendak menuju Katedral Canterbury, yang berjarak sekitar 24 kilometer. Di Hythe, kami menumpang tidur di rumah Debbie Patterson, warga lokal yang cukup sering membuka rumahnya untuk peziarah. Biasanya dia menerima peziarah dari sesama jemaat Quakers—salah satu denominasi Kristen. “Kami berkomunikasi lewat grup Facebook. Kalau ada yang melintas di sini kami persilakan singgah,” ujar Patterson, yang lahir di kota kecil itu dan kini kembali untuk menikmati masa pensiunnya di sana.

Posisi Hythe sebenarnya tak tepat berada di jalur ziarah ke Canterbury. Tapi kota itu adalah akses terdekat ke Kastil Saltwood, salah satu situs penting dalam rute ziarah. Di kastil berusia sepuluh abad yang kini menjadi properti pribadi itu, empat kesatria pada suatu malam tahun 1170 berkumpul dan merembukkan rencana pembunuhan Thomas Becket. Kematian Uskup Agung Canterbury itulah yang menjadi latar belakang tradisi ziarah ke Katedral Canterbury.

Empat kesatria yang berembuk di Kastil Saltwood adalah abdi Raja Inggris Henry II. Sang Raja dan sang Uskup Agung sebenarnya sahabat dekat. Saat dilantik menjadi raja, Henry II mengangkat Becket, putra seorang pedagang, sebagai penasihatnya. Pada masa pemerintahannya, Henry II harus berurusan dengan polemik antara kerajaan dan gereja. Ia akhirnya menunjuk Becket sebagai Uskup Agung dengan menerabas berbagai aturan. Harapan Henry II tentu agar Becket bisa memuluskan agenda-agendanya…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Z
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14

Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…

J
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12

Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…

N
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12

Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…