Bicara

Edisi: 36/48 / Tanggal : 2019-11-03 / Halaman : 106 / Rubrik : CTP / Penulis : Goenawan Mohamad, ,


Manusia berbahasa, dengan penuh risiko. Itu yang sering saya sadari tiap 28 Oktober.

Bahasa Indonesia tak diciptakan dan direkayasa dari satu pusat. Tak pernah pula dari sebuah kekuasaan dalam Negara. Ia tumbuh—kita tak akan pernah tahu pasti kapan ia bermula—di tengah pasar yang sibuk, di madrasah-madrasah pinggir kota, di lorong-lorong istana dan traktat para sultan, di jemaah gereja di kota yang beragam seperti di Batavia abad ke-17. Ia diperkaya koran harian yang tak ditulis pujangga, berita olahraga dengan kalimat pendek, cerita silat Tionghoa, transliterasi kitab kuning, dan terjemahan Masmur. Juga puisi, propaganda politik progresif, dan akhir-akhir ini, jutaan iklan.

Tak mengherankan bila bahasa kita melintasi batas “daerah”—batas yang dibikin-bikin. Ia egaliter, melintasi kelas sosial. Ia tak dirawat lembaga terhormat seperti Academie Française, tak dibakukan institusi seperti Oxford Dictionary. Memang ada Badan Bahasa, tapi ini kantor yang tak jelas pengaruhnya.

Dengan kata lain, tiap saat bahasa Indonesia bergerak di…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

X
Xu
1994-05-14

Cerita rakyat cina termasyhur tentang kisah percintaan xu xian dengan seorang gadis cantik. nano riantiarno…

Z
Zlata
1994-04-16

Catatan harian gadis kecil dari sarajevo, zlata. ia menyaksikan kekejaman perang. tak jelas lagi, mana…

Z
Zhirinovsky
1994-02-05

Vladimir zhirinovsky, 47, banyak mendapat dukungan rakyat rusia. ia ingin menyelamatkan ras putih, memerangi islam,…