Kotak Pandora Anggaran Ibu Kota

Edisi: 38/48 / Tanggal : 2019-11-17 / Halaman : 34 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Wayan Agus Purnomo, Gangsar Parikesit, Lani Diana


DI tengah hiruk-pikuk pembahasan anggaran Ibu Kota, Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan menemui tamunya, Sri Mahendra Satria Wirawan, di ruang kerjanya pada Jumat siang, 1 November lalu. Menurut Anies, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah itu memberikan penjelasan tentang anggaran DKI tahun 2020 yang ramai diperbincangkan di media sosial. “Beliau memilih mengundurkan diri,” kata Anies kepada Tempo pada Jumat, 8 November lalu.

Dua hari sebelumnya, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jakarta dari Partai Solidaritas Indonesia, William Aditya Sarana, mengkritik rencana anggaran DKI di akun Twitter-nya. William antara lain mempertanyakan pengadaan barang oleh Suku Dinas Pendidikan Wilayah 1 Jakarta Barat dalam kegiatan “Penyediaan Biaya Operasional Pendidikan Sekolah Dasar Negeri”. Ia mencontohkan soal pembelian lem Aica-Aibon senilai Rp 82 miliar dan pulpen untuk siswa sekolah dasar sebesar Rp 123,8 miliar.

Setelah pertemuan dengan Mahendra, Anies dan bawahannya itu menggelar konferensi pers. Di hadapan wartawan, Mahendra mengungkapkan alasannya mundur, yaitu DKI memerlukan perbaikan kinerja. “Supaya akselerasi Bappeda bisa lebih ditingkatkan,” katanya. Anies menunjuk Deputi Gubernur Bidang Pengendalian Kependudukan dan Permukiman Suharti sebagai pelaksana tugas Kepala Bappeda.

Pejabat lain yang mundur setelah kegaduhan itu adalah Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Edy Junaedi. Dalam cuitannya, William mengatakan pemerintah DKI juga berencana membayar lima influencer senilai Rp 5 miliar untuk mempromosikan pariwisata Jakarta.

Setelah William membuka anggaran lem, satu per satu kejanggalan lain dalam Kebijakan Umum Anggaran dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara—tahap sebelum menjadi Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah—Jakarta tahun 2020 terungkap. Indonesia Corruption Watch, misalnya, menemukan rencana pembelian lem Aica-Aibon bahkan jauh lebih besar, yaitu mencapai Rp 126,2 miliar. ICW juga menyoroti anggaran pembelian komputer jinjing Rp…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…