Pelicin Obat Yang Tak Sehat

Edisi: 38/48 / Tanggal : 2019-11-17 / Halaman : 52 / Rubrik : INVT / Penulis : TIM INVESTIGASI.


Praktik lama pemberian insentif tak patut dari pabrik farmasi ke kantong para dokter terus berlangsung. Padahal tiga tahun lalu Menteri Kesehatan sudah membuat edaran yang melarang praktik tak elok itu. Persaingan keras antarperusahaan yang berebut pasar obat, pemasar yang dikejar target penjualan, hingga dokter yang dituntut memenuhi syarat agar tetap bisa berpraktik membuat uang pelicin dalam bisnis ini tak kunjung bisa ditumpas.

Kali ini PT kalbe farma Tbk yang menjadi sorotan. Dengan mengerahkan 1.300 pemasar obat, Kalbe terus membukukan nilai penjualan tertinggi dibanding perusahaan farmasi lain. Pada 2019 saja, divisi farmasinya mencetak penjualan senilai hampir Rp 2,68 triliun. Total penjualan Kalbe-termasuk dari divisi nutrisi, distribusi, dan produk kesehatan-mencapai Rp 23 triliun.

Investigasi majalah ini menemukan praktik lancung pemberian komisi tak wajar dari Kalbe via para medical repressentativ, masih terjadi sampai sekarang, bonus, dan pelbagai fasilitas agar Pasien, sementara itu, menanggung harga obat yang kian mahal akibat ongkos produksinya diwarnai insentif berlebih untuk para dokter dan rumah sakit.

SELARIK pesan masuk ke telepon seluler salah satu anggota tim investigasi Tempo pada akhir Agustus lalu. Pengirimnya memperkenalkan diri dengan menyebut nama, tapi ia meminta dipanggil Christian, bekerja di PT Kalbe Farma Tbk sebagai medical representative. "Saya mau mengirim data soal Kalbe," katanya, mengawali kalimatnya. "Ayo, kita ketemu."

Permintaan Christian tak bisa langsung dikabulkan. Pasalnya, tim sedang mengerjakan proyek investigasi lain. Sebulan kemudian, ia mengontak lagi. Kami akhirnya bertemu di sebuah restoran di Jakarta. Christian seorang laki-laki berusia mendekati 40 tahun. Ia representasi seorang pemasar produk yang umum kita bayangkan: rapi, sopan, pintar berbicara.

Setelah berjabat tangan dan berbasa-basi, ia membuka tasnya dan mengeluarkan satu rim kertas. Itulah dokumen yang dia sebut sebagai bukti pengiriman komisi tak wajar Kalbe Farma kepada puluhan dokter di hampir semua rumah sakit di Jakarta. Dokumen lebih dari 500 halaman itu merupakan catatan pengiriman uang dengan nilai nominal masing-masing Rp 5-50 juta.

Sampai pekan lalu, dia secara berkala mengirimkan dokumen-dokumen internal perusahaannya mengenai praktik pembayaran insentif tak etis ini kepada kami. Total hampir 700 lembar dokumen. Periode waktunya cukup panjang, sejak 2010 hingga yang terakhir Juli 2019.

Christian tergerak menghubungi Tempo karena majalah ini pernah dua kali menuliskan laporan "suap" perusahaan farmasi kepada dokter agar meresepkan obat dan alat kesehatan yang mereka produksi. Pada 2001, Tempo menerbitkan laporan komisi dari Kalbe Farma, PT Sanbe Farma, dan PT Pratapa Nirmala untuk para dokter, dan pada 2015 dari Interbat Pharmaceutical.

Dalam laporan terdahulu, ada satu pertanyaan yang belum terjawab: apakah komisi untuk dokter itu diketahui manajemen perusahaan farmasi atau akal-akalan para pemasar obat belaka? Dan lagi, sejak 2016, Menteri Kesehatan sudah melarang perusahaan farmasi memberikan komisi langsung kepada dokter. Jawabannya ada pada segepok dokumen di hadapan kami.

•••

VERIFIKASI atas ratusan dokumen Kalbe kami lakukan dengan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Muslihat Cukong di Ladang Cepu
2008-01-13

Megaproyek pengeboran di blok cepu menjanjikan fulus berlimpah. semua berlomba mengais rezeki dari lapangan minyak…

T
Terjerat Suap Massal Monsanto
2008-02-03

Peluang soleh solahuddin lolos dari kursi terdakwa kejaksaan agung kian tertutup. setumpuk bukti aliran suap…

H
Hijrah Bumi Angling Dharma
2008-01-13

Blok cepu membuat bojonegoro tak lagi sepi. dari bisnis remang-remang hingga hotel bintang lima.