Gerak Limbung Lumbung Karbon

Edisi: 43/48 / Tanggal : 2019-12-22 / Halaman : 108 / Rubrik : LIN / Penulis : Gabriel Wahyu Titiyoga, Dini Pramita,


ABDUL Wahab terpaksa memutar kelotoknya untuk pulang ke rumah. Asap kebakaran di ujung Kanal Hantipan, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah, pada September lalu terlalu tebal untuk diterabas. Dia berubah pikiran begitu melihat sekelompok orang menunggu perahu di dermaga. Kanal sepanjang 30 kilometer itu akses utama warga Katingan menyeberangi lahan gambut untuk sampai ke kawasan Sungai Mentaya, Kabupaten Kotawaringin Timur.

Menahan perih di mata gara-gara menghirup asap, Wahab awalnya berkukuh mengantarkan para penumpangnya yang berasal dari arah barat. Kelotoknya, yang berkapasitas enam orang, juga pasti terisi penumpang untuk perjalanan pulang ke Katingan. Mereka terpaksa menerobos kanal yang diselimuti asap ketimbang harus memutar lebih jauh lewat Teluk Sampit. Angin kencang pada musim kemarau memicu gelombang tinggi di laut. “Ada penumpang yang pingsan, tak kuat menahan asap,” kata Wahab pada Sabtu, 23 November lalu.

Kebakaran berkobar di Katingan sejak pertengahan Agustus lalu. Cuaca kering dan angin kencang memperburuk keadaan. Api merembet masuk ke padang di sekitar kanal dalam area restorasi ekosistem Katingan Mentaya Project, yang dikelola PT Rimba Makmur Utama (RMU). Tim pemadam perusahaan dibantu warga kampung memadamkan api dan menutup jalur kebakaran. “Sekitar 500 hektare lahan terbakar,” ucap Apuk Harto, Kepala Desa Kampung Melayu, kampung terdekat dengan lokasi kebakaran.

Hujan yang turun pada Oktober lalu membantu meredakan kebakaran. Taruk-taruk pakis dan rumput tumbuh kembali. Namun jejak banal kebakaran masih terlihat jelas. Lapisan tanah di tepi kanal gosong terbakar. Serasah di permukaan lahan gambut telah menjadi abu. Arang tunggul-tunggul pohon menyembul di permukaan tanah. “Api itu dari luar area PT RMU, menyebar cepat sampai menyeberang kanal,” ujar Wahab.

Hasil analisis data satelit sejak Januari lalu oleh organisasi lingkungan Auriga menunjukkan ada 160 titik panas (hotspot) di area konsesi Proyek Katingan Mentaya. Titik panas terbanyak, 130 titik, muncul pada September lalu. Jumlah titik panas baru turun drastis pada bulan berikutnya.

Kebakaran yang lebih luas terjadi di sisi barat wilayah konsesi PT RMU. Penelusuran tim Tempo dan Narasi pada November lalu mendapati lokasi kebakaran sekitar 8 kilometer dari Desa Penyaguan, Kabupaten Kotawaringin Timur. Daerah itu…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Indorayon Ditangani oleh Labat Anderson
1994-05-14

Berkali-kali lolos dari tuntutan lsm dan protes massa, inti indorayon kini terjerat perintah audit lingkungan…

B
Bah di Silaut dan Tanahjawa
1994-05-14

Dua sungai meluap karena timbunan ranting dan gelondongan kayu. pejabat menuding penduduk dan penduduk menyalahkan…

D
Daftar Dosa Tahun 1993
1994-04-16

Skephi membuat daftar hutan dan lingkungan hidup yang mengalami pencemaran berat di indonesia. mulai dari…