Prapto, Candi, Dan Meditasi Gerak
Edisi: 46/48 / Tanggal : 2020-01-12 / Halaman : 90 / Rubrik : OBI / Penulis : Seno Joko Suyono, ,
DARI banyak seniman di Indonesia, hanya Suprapto Suryodarmo yang begitu intens mengolah diri di candi-candi dan situs-situs arkeologis. Bagi Prapto--sapaan akrab Suprapto--candi bukanlah suatu monumen mati, melainkan monumen hidup. Pada 1970-an, dia mengajak murid-muridnya berlatih gerak di candi dan situs arkeologi di Jawa Tengah, seperti Prambanan, Borobudur, Cetho, Sukuh, dan Sangiran. Dari Candi Jago, Malang, sampai Gua Selomangleng, Kediri, Jawa Timur. Dari Gua Gajah sampai Pura Samuan Tiga di Bedulu, Bali. Bukan hanya itu, sejak 2008, tiap tahun bersama murid-muridnya di Inggris, ia mengadakan lokakarya gerak di situs megalitikum Avebury dan Stonehenge.
Suprapto memiliki posisi tersendiri dalam dunia seni. Posisi itu belum dirumuskan dengan baik di sini. Ia mengajarkan gerak, tapi bukan tari. Ia mengajarkan meditasi, tapi bukan jenis meditasi dengan duduk diam penuh konsentrasi sembari mata terpejam. Murid-murid Eropanya bukan hanya seniman, tapi juga dokter, rohaniwan, arsitek, guru martial art, perawat, dan ahli akupunktur. Kepada semua muridnya itu, ia mengajarkan sebuah gerak bebas, yang disebutnya Amerta Movement.
Dalam beberapa kesempatan, Prapto menjelaskan gerak bebasnya bertolak dari kehidupan sehari-hari: gerakan saat tidur, menggeliat, berjalan, hingga melompat. Gerak tersebut, menurut dia, harus ada unsur sumeleh atau kepasrahan kepada Gusti Allah. Juga harus atas kesadaran sepenuhnya. Dalam metode latihan Prapto, seseorang yang berjalan hanya beberapa meter bisa sampai mungkin satu jam durasinya karena harus sadar terhadap semua langkah kaki dan ayunan tubuhnya, termasuk rasa telapak kaki yang menyentuh tanah.
Sementara dalam meditasi biasa semua perubahan di lingkungan sekitar dilihat dari posisi diam, Prapto sebaliknya mengajarkan melihat terjadinya perubahan dalam posisi tubuh yang ikut berubah. Bila mengajak murid-muridnya ke Pantai Parangtritis, Daerah Istimewa Yogyakarta, misalnya, Prapto…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Melukis itu Seperti Makan, Katanya
1994-04-23Pelukis nashar yang "tiga non" itu meninggal pekan lalu. tampaknya sikap hidupnya merupakan akibat perjalanan…
Pemeran Segala Zaman
1994-04-23Pemeran pembantu terbaik festival film indonesia 1982 itu meninggal, pekan lalu. ia contoh, seniman rakyat…
Mochtar Apin yang Selalu Mencari
1994-01-15Ia mungkin perupa yang secara konsekuen menerapkan konsep modernisme, selalu mencari yang baru. karena itu,…