Jemput Bola Dari Pintu Ke Pintu

Edisi: Edisi / Tanggal : 2021-12-25 / Halaman : / Rubrik : LAPSUS / Penulis :


DOKTER Steven De Nachs sudah bersiaga di gedung serbaguna Desa Matotonan, Siberut Selatan, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, pada 8 Desember 2021 pagi. Mengenakan jas putih, ikat kepala luat, dan kalung dari rangkaian manik-manik seperti sikerei—ahli pengobatan tradisional dan tokoh ritual Mentawai—Steven dan dua tenaga kesehatan bersiap menyuntikkan vaksin Covid-19 kepada puluhan warga yang telah menunggu. Sebagian berada di dalam ruangan, sebagian lagi berdiri di luar.
Enam petugas sudah bersiap di meja pemeriksaan kesehatan. Beberapa anggota Tentara Nasional Indonesia dan polisi tampak bersiaga. Steven, 27 tahun, tampak mengobrol dengan Ogo Toitet Samoanmuntei, seorang sikerei berusia 60 tahun, yang pertama divaksin pagi itu. 
Steven merasa puas karena hari itu ada 160 warga Matotonan yang divaksin. Ia masih ingat saat pertama kali bertugas di Pusat Kesehatan Masyarakat Sarereiket pada pertengahan tahun lalu. Saat angka kasus positif Covid-19 sedang meningkat pada Juli 2020, warga Sarereiket tidak percaya pada bahaya penyakit itu. “Saat lihat saya lewat pakai masker, mereka langsung berteriak, ‘Tak anai (Tidak ada) corona di sini, Dokter.’ Saya hanya membalas dengan senyum,” ujar satu-satunya dokter umum di Puskesmas Sarereiket itu. Puskesmas tersebut melayani dua desa, Matotonan dan Madobag. 

Dokter Steven De Nachs menyuntikkan vaksin Covid-19 kepada warga di Puskesmas Sarereiket, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat, 8 Desember 2021. Dok. Pribadi
Bekerja di daerah pedalaman, Steven tak hanya menghabiskan waktu dan tenaga. Ia juga dituntut bersiasat. Tujuannya agar lebih banyak orang mendapat vaksin dan setiap vial vaksin tak sampai tersia-siakan. “Karena untuk satu vial vaksin itu harus ada 10 orang yang akan divaksin. Kalau kurang dari itu tidak bisa karena sisanya tidak akan bisa digunakan lagi,” katanya.
Ia pernah dikelabui warga setempat saat hari vaksinasi. Di tengah gencarnya upaya vaksinasi massal Covid-19, Steven diminta masyarakat memberikan vaksin di gereja di Madobag seusai ibadah Minggu. “Lima menit sebelum ibadah selesai, saya ke luar duluan dari gereja dan pergi mengambil vaksin. Tapi, ketika saya sampai di gereja lagi, ternyata semua anggota jemaat sudah pulang dan tersisa bajak gereja seorang diri. Vaksinasi pun gagal,” tutur Steven diikuti derai tawa.
Sejak itu, Steven dan dua tenaga kesehatan yang membantunya di Puskesmas Sarereiket mengubah pendekatan. Dia tidak lagi memaksa warga datang ke satu lokasi, seperti gereja, apalagi puskesmas, untuk divaksin. Kalau ada warga yang mau divaksin, Steven akan mendatangi tempat tinggalnya. Steven dan dua tenaga kesehatan tersebut datang menjinjing perangkat suntik dan botol-botol…

Keywords: Vaksin Covid-19DokterTokoh TempoPandemiVaksinasi Covid-19
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Ini Keringanan atau Deal yang Rasional?
1994-02-05

Setelah mou ditandatangani, penggubah lagu pop rinto harahap akan diakui kelihaiannya dalam bernegosiasi perkara utang-piutang.…

M
Modifikasi Sudah Tiga Kali
1994-02-05

Perundingan itu hanya antara bi dan pt star. george kapitan bahkan tidak memegang proposal rinto…

C
Cukup Sebulan buat Deposan
1994-02-05

Utang bank summa masih besar. tapi rinto harahap yakin itu bisa lunas dalam sebulan. dari…