Jalan Terang Guru Matematika
Edisi: Edisi / Tanggal : 2021-12-25 / Halaman : / Rubrik : HK / Penulis :
DI bawah cahaya lampu belajar, Muhammad Baihaqi tekun mengetik di laptop. Sesekali penyandang difabel (differently abled) netra ini mendekatkan wajahnya ke layar untuk mengecek ketikannya. Guru matematika Sekolah Menengah Atas Al-Irsyad, Pekalongan, Jawa Tengah, itu tengah menyiapkan bahan ajar untuk siswanya pada Jumat, 24 Desember lalu.
Rumah Baihaqi berada di Kraton Lor, Pekalongan. Mata laki-laki 35 tahun ini nyaris buta sehingga ia membutuhkan cahaya terang untuk bisa melihat benda-benda, seperti layar laptopnya itu.
Sudah puluhan tahun mata kanannya tidak berfungsi. Baihaqi hanya mengandalkan mata kirinya untuk melihat. Kondisi ini yang menjadi alasan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tak meloloskan Baihaqi dalam seleksi calon pegawai negeri sipil pada Juli 2019. Padahal Baihaqi telah memenuhi semua syarat administrasi dan memperoleh nilai tertinggi dalam tes kompetensi dasar.
Hasil seleksi kompetensi dasar pengadaan CPNS 2019, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah/Dok. TEMPO
Selama hampir dua tahun Baihaqi berjuang menuntut haknya. Ia menggugat keputusan panitia seleksi yang dianggap diskriminatif itu. Ia sempat keok dua kali, di Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang dan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Surabaya.
Kekalahan ini tak membuat Baihaqi patah semangat. Pada akhir November lalu, Mahkamah Agung mengabulkan permohonan kasasi Baihaqi. Namun, hingga lebih dari tiga pekan setelah putusan kasasi keluar, Baihaqi tidak memperoleh kabar apa pun mengenai nasib pekerjaan idamannya menjadi guru matematika dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
•••
MUHAMMAD Baihaqi lahir di Pekalongan pada 6 Februari 1986 dengan kedua mata bisa melihat. Saat ia berusia delapan tahun, mata kanannya mendadak kelilipan. Dia mengaku tak merasakan sakit apa pun pada matanya. Sejak saat itu, pandangan mata kanannya berangsur-angsur buram. “Ketika saya tutup mata kiri, saya tak bisa melihat benda-benda,” katanya.
Karena merasa orang tuanya tak memiliki cukup biaya untuk berobat, Baihaqi memilih membiarkan mata kanannya memburam. Bapak Baihaqi seorang buruh pabrik dengan penghasilan pas-pasan, sementara ibunya tidak bekerja. “Operasi butuh banyak uang. Saya bilang ke orang tua tidak usah diperiksakan,” ucap anak kedua dari empat bersaudara tersebut.
Baihaqi bukan anak yang mudah menyerah. Dia tetap rajin belajar dan kerap menjadi juara kelas. Sejak di SMA, dia selalu mendapat beasiswa. Prestasinya yang…
Keywords: Ganjar Pranowo, tes CPNS, Diskriminasi, Penyandang Disabilitas, Difabel, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Vonis Menurut Kesaksian Pembantu
1994-05-14Tiga terdakwa pembunuh marsinah dijatuhi hukuman 12 tahun penjara. pembela mempersoalkan tak dipakainya kesaksian yang…
Hitam-Hitam untuk Marsinah
1994-05-14Buruh di pt cps berpakaian hitam-hitam untuk mengenang tepat satu tahun rekan mereka, marsinah, tewas.…
Peringatan dari Magelang
1994-05-14Seorang pembunuh berencana dibebaskan hakim karena bap tidak sah. ketika disidik, terdakwa tidak didampingi penasihat…