Kami Bukan Tim Kuat

Edisi: Edisi / Tanggal : 2022-01-01 / Halaman : / Rubrik : WAW / Penulis :


SHIN Tae-yong menyadari harapan tinggi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dan para pencinta sepak bola Tanah Air terhadapnya. “Sesungguhnya melatih Indonesia adalah tantangan berat,” kata mantan pelatih tim nasional Korea Selatan ïtu tak lama setelah resmi dikontrak sebagai pelatih tim nasional Indonesia, dalam wawancara yang disiarkan oleh PSSI TV, 7 Januari 2020.
Sejak Piala ASEAN Football Federation atau Piala AFF digelar pada 1996, tim Merah Putih setidaknya sembilan kali berhasil melewati babak penyisihan grup, tapi tidak pernah menjadi juara. Prestasi terbaik mereka adalah menjadi runner-up sebanyak lima kali pada 2000, 2002, 2004, 2010, dan 2016.
Tae-yong diperkenalkan kepada publik dalam konferensi pers PSSI pada 28 Desember 2019. Ketua PSSI Mochamad Iriawan mengatakan keputusan mengontrak Tae-yong untuk Desember 2019 sampai 2023 diambil setelah mendengarkan masukan dari pelatih yang pernah menangani tim nasional dan Direktur Teknik PSSI Danurwindo.
Salah satu syarat utama untuk menjadi pelatih tim nasional Indonesia, menurut Danurwindo, adalah berpengalaman ikut dalam pertandingan Piala Dunia. Pengalaman itu bisa mengangkat prestasi tim Indonesia. Tae-yong memenuhi kualifikasi tersebut karena pernah mengantarkan tim nasional Korea Selatan berlaga di Piala Dunia 2018.
Tiba di Indonesia, Tae-yong mulai menyeleksi pemain dengan melihat pertandingan mereka. Dari hasil analisisnya, masalah pemain Indonesia adalah pada ketahanan. Mereka bermain bagus di babak pertama, tapi tak bisa mempertahankannya hingga babak kedua. Ia pun berencana melatih ketekunan pemain sehingga tidak mudah menyerah.
Pelatih fisik Lee Jae-hong memiliki observasi serupa. Kalau dilihat dari aspek stamina dan fisik saja, sebenarnya pemain Indonesia tidak berbeda dengan pemain Korea. “Namun, dari segi kekuatan (power) dan daya tahan (endurance), kita sangat kurang. Apalagi untuk bertahan bermain selama 90 menit, masih sulit,” tuturnya kepada PSSI TV.
Jae-hong mengidentifikasi adanya dua masalah utama, fisik dan mental. Pemain dinilai kurang kekuatannya karena pola makan yang tidak baik. Salah satunya adalah kebiasaan makan gorengan, selain kurangnya etos kerja saat berlatih. “Itu berpengaruh juga dalam perkembangan fisik dan kekuatan pemain,” ujarnya.
Dalam hal mental, kata Jae-hong, pemain seharusnya digembleng seperti layaknya persiapan perang. “Orang-orang Indonesia sangat baik dan sangat polos. Tapi dalam permainan sepak bola tidak bisa seperti itu. Permainan sepak bola itu bidang yang bisa kita anggap perang karena persaingannya ketat dan butuh perjuangan keras,” kata Jae-hong.
Itulah tantangan yang dihadapi Shin Tae-yong saat mulai melatih tim nasional Indonesia sejak akhir Desember 2019. Ia pun mulai memperbanyak latihan fisik dalam setiap pemusatan latihan, baik di dalam maupun luar negeri. Ketika tim menjalani pemusatan latihan di Kroasia pada Agustus 2020, ia bahkan meminta pemain saling gendong untuk meningkatkan stamina dan daya tahan. “Setiap pemusatan latihan biasanya porsi…

Keywords: Sepak BolaTaktik Sepak BolaPSSIPiala AFFShin Tae-yong
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…