Likuidasi Sesuka Hati

Edisi: Edisi / Tanggal : 2022-01-15 / Halaman : / Rubrik : LAPUT / Penulis :


MENJADI peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada awal September 2021, Ibnu Maryanto mendapat jatah Rp 20 juta untuk membeli berbagai keperluan riset. Dua kali mengajukan daftar bahan, profesor taksonomi yang sebelumnya bertugas di Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia itu tak mendapat satu pun peralatan yang dibutuhkan.
Belakangan, dia hanya menerima peralatan riset seadanya, seperti ember dan botol. “Saya hitung-hitung jumlahnya tidak sampai Rp 1 juta,” kata Ibnu kepada Tempo, Jumat, 14 Januari lalu. Selain jumlah tersebut, sepanjang tahun lalu penemu aneka spesies fauna baru di Indonesia itu hampir tak menggunakan uang dari BRIN.
Dalam kondisi itu pun lulusan Hokkaido University, Jepang, tersebut bisa menerbitkan enam publikasi, antara lain di Tropical Natural History, Malaysian Applied Biology Journal, dan Journal of the Royal Society of Western Australia. “Semua tanpa dibiayai dari kantor,” ujarnya.
Ibnu kini tengah meriset jenis fauna yang tertoreh dalam berbagai relief di Candi Borobudur. Untuk bepergian ke Magelang, Jawa Tengah, ia merogoh dompetnya. Sebab, jatah Rp 20 juta yang didapatnya tidak bisa digunakan untuk biaya transportasi penelitian.
Sejak awal September 2021, empat lembaga penelitian melebur ke dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional. Mereka adalah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Tenaga Nuklir Nasional, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), serta Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional.
Seorang periset senior dari BPPT yang bergabung dengan BRIN juga mengalami masalah pendanaan. Peneliti yang meminta namanya tak disebut itu telah mengajukan proposal riset dan disetujui. Namun dana penelitian tak kunjung cair. Nasib dua periset lain dari BPPT bahkan terkatung-katung karena belum mendapat penempatan.
Kepada Tempo, peneliti senior eks LIPI yang tak mau disebutkan namanya mengatakan pendanaan di BRIN jauh lebih kecil ketimbang yang ia dapatkan sebelumnya. Saat menjalankan program riset yang menjadi prioritas nasional di LIPI, peneliti itu bisa mendapat dana…

Keywords: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)BPPTBRINLaksana Tri HandokoBadan Tenaga Nuklir Nasional
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…