Anasir Kayan Yang Rawan

Edisi: Edisi / Tanggal : 2022-01-22 / Halaman : / Rubrik : LAPUT / Penulis :


LIMA kayu masih terpancang di tepi Sungai Kayan wilayah Desa Muara Pangean, Kecamatan Peso, sekitar enam jam perjalanan menggunakan perahu kencang dari Kecamatan Tanjung Selor, ibu kota Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara. Jumat, 21 Januari lalu, ukiran burung enggang juga masih bertengger di bagian atasnya. Delapan tahun lalu, lima batang ulin yang penuh ukiran motif Dayak itu ditancapkan dengan sebutan Tugu Lima, penanda dimulainya proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Kayan oleh PT Kayan Hydro Energy (KHE) pada 2014.
Sejak saat itu, pembangkit raksasa yang dulu digembar-gemborkan bakal menjadi PLTA terbesar se-Asia Tenggara tersebut tak kunjung ada wujudnya. Di lokasi groundbreaking, selain tugu yang kini dikelilingi semak belukar tersebut, hanya ada lima kontainer berkelir biru tempat penyimpanan bahan bakar minyak dan satu rumah kecil untuk petugas jaga.  
Seorang penjaga mengatakan lokasi pembangunan bendungan PLTA Kayan 1 berada sekitar 1 kilometer ke arah hulu Kayan dari lokasi peresmian proyek. Namun upaya menemukan lokasi persisnya seperti mencari jarum di tumpukan jerami.
Tanda keberadaan perusahaan di kawasan Sungai Kayan hanya plang di lokasi peresmian yang berisi informasi sederet izin pelaksanaan proyek. Sebenarnya, menurut Kepala Desa Long Peso, Pulinop Jaui, perusahaan juga telah memulai pembebasan lahan, termasuk untuk akses penghubung jalan poros yang dibangun pemerintah daerah.
Namun sejauh ini pembebasan lahan baru tuntas untuk tanah yang dipakai buat acara groundbreaking dan gudang bahan peledak. Bahan peledak kelak dibutuhkan untuk mengebom tebing-tebing sungai agar bisa menciptakan waduk besar guna menampung air dan menghasilkan riam pembuat setrum. “Masyarakat sempat meminta Rp 250 ribu per meter persegi, tapi perusahaan angkat tangan,” kata Pulinop. Harga yang diminta pemilik lahan itu jauh di atas tawaran KHE yang cuma…

Keywords: Pembangkit ListrikKawasan Industri HijauKIHI
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…