Bertolak Dari Monumen Karya Saptoto
Edisi: Edisi / Tanggal : 2022-03-05 / Halaman : / Rubrik : SN / Penulis :
“SOAL agraria adalah soal hidup dan penghidupan manusia, karena tanah adalah asal dan sumber makanan bagi manusia. Perebutan tanah berarti perebutan makanan, perebutan tiang hidup manusia. Untuk ini, orang rela menumpahkan darah, mengorbankan segala yang ada demi mempertahankan hidup manusia selanjutnya.”
Kutipan dari buku Masalah Agraria karya Moch. Tauhid (1952) itu terbentang di lantai ruangan pameran “Daulat & Ikhtiar: Memaknai Serangan Umum 1 Maret 1949 Melalui Seni” di Museum Benteng Vredeburg, Yogyakarta. Apa korelasi kutipan dari buku pengamat agraria itu dengan tema sejarah Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta yang menjadi ide awal pameran seni itu digelar? “Bicara serangan umum hanya sebatas konsep kronologi sejarah itu sudah sangat klise,” kata kurator pameran Mikke Susanto, Selasa, 1 Maret lalu.
Serangan umum kali ini dimaknai berbeda oleh tiga seniman, yakni Lutse Lambert Daniel Morin, Dedy Sufriadi, dan Ryan Kresnandi serta dua kolaborasi seniman, Tempa (Rara Kuastra dan Putut Utama) dan Broken Pitch. Mereka tak memenuhi ruang pameran dengan aneka senjata dan atribut peperangan. Namun ada sabit, buku, tas, hingga panci bolong ikut nimbrung untuk dipamerkan.
Menurut Mikke, pameran yang berlangsung pada 1-30 Maret 2022 ini tak hanya menarasikan perang memanggul senjata, tapi juga hubungan sosial antara pelaku perang dan saksi serta korban. Juga tentang cerita keseharian yang bersifat manusiawi di luar peperangan yang berdarah-darah itu. “Titik awalnya adalah lima patung Monumen Serangan Umum di nol kilometer Yogyakarta,” ujar Mikke.
Kelima patung buatan pematung Saptoto (pernah menjadi Direktur Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia) pada 1973 itu bukan gambaran seorang tokoh tertentu yang sering disebut dalam peristiwa enam jam 1949 tersebut. Melainkan gambaran sosok…
Keywords: Seni Rupa, Pameran Seni, Sejarah Indonesia, Serangan Umum 1 Maret 1949, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Ada Keramaian Seni, Jangan Bingung
1994-04-23Seminggu penuh sejumlah seniman menyuguhkan berbagai hal, bertolak dari seni pertunjukan, musik, dan seni rupa.…
Mempertahankan Perang Tanding
1994-06-25Reog khas ponorogo bisa bertahan, antara lain, berkat festival yang menginjak tahun ke-10. tapi, di…
Reog Tak Lagi Menyindir
1994-06-25Asal asul adanya reog ponorogo untuk memperingati perang tanding antara klanasewandono dengan singabarong.