Kisah Para Pemburu Prangko
Edisi: Edisi / Tanggal : 2022-04-09 / Halaman : / Rubrik : GH / Penulis :
MAYONG Bibakkati Kalua sempat merasa aneh dengan hobinya mengoleksi prangko atau filateli. Sebab, jarang ada teman sebayanya yang memiliki hobi seperti dia. Ia menggemari hobi mengumpulkan prangko karena menarik dan memberi banyak manfaat.
Melalui filateli, pria 21 tahun asal Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, itu bisa mempelajari sejarah dan bepergian ke berbagai kota, seperti Yogyakarta, Solo, Surabaya, Bandung, dan Jakarta. Ia bahkan berkesempatan pergi ke Malaysia untuk mengikuti perlombaan. “Selain itu, saya bisa mendapat banyak teman serta belajar bahasa asing, terutama Inggris,” tuturnya kepada Gangsar Parikesit dari Tempo, Selasa, 5 April lalu.
Mayong mulai tertarik pada prangko saat berusia 3 tahun. Kala itu ibunya menunjukkan sejumlah prangko bergambar karakter kartun Walt Disney dan ia tertarik pada prangko bergambar Mickey Mouse. “Awalnya hanya tertarik pada gambarnya,” kata mahasiswa Program Studi Tata Kelola Seni Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta itu.
Seiring dengan bertambahnya usia, Mayong makin tertarik pada prangko. Ketika berusia 5 tahun, ia mencoba membuat koleksi prangko sendiri. Awalnya ia mengumpulkan prangko bergambar karakter kartun Walt Disney, seperti Mickey Mouse, Donald Duck, dan Goofy. Ada juga prangko bergambar flora dan fauna. Namun koleksi prangkonya masih acak.
Sebagian prangko tersebut adalah pemberian ibunya, yang juga seorang filatelis. Sebagian lain ia peroleh dengan bertukar prangko hingga saling berkirim surat dengan sahabat pena. “Itu juga sahabat penanya ibu,” ujarnya.
Beberapa contoh koleksi "Netherlands Indies Airmail 1927-1942" milik Mayong Bibakkati Kalua/Dokumentasi Pribadi
Mayong mulai memahami filateli saat berusia 6 tahun. Sejak saat itu, koleksi prangkonya terarah dan bertema. Ia pun mulai mengumpulkan prangko bergambar burung dan menamai album koleksinya “Rahasia Burung”. Saat itu koleksi prangko bergambar burung baru satu frame atau 16 halaman kertas A4.
Koleksinya terus bertambah dan berganti nama beberapa kali. Saat Mayong berusia 11 tahun, koleksi prangko bergambar burung itu berubah nama menjadi “Through the Rainbow Color of Feather”. Kini koleksi prangkonya itu bernama “What I Know About Birds: My School Science Project” sebanyak empat frame.
Mayong kemudian…
Keywords: Hobi, PT Pos Indonesia, MotoGP Mandalika, Filateli, Prangko, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Tak Terpisahkan Capek, Jazz, dan Bir
1993-10-02Sejumlah eksekutif mencari dunia lain dengan mendatangi kafe. kafe yang menyuguhkan musik jazz jadi rebutan.…
AGAR MISS PULSA TIDAK KESEPIAN
1993-02-06Pemakaian telepon genggam atau telepon jinjing kini tak hanya untuk bisnis tapi juga untuk ngobrol.…
INGIN LAIN DARI YANG LAIN
1992-02-01Festival mobil gila dalam pesta otomotif 92 di surabaya akan diperlombakan mobil unik, nyentrik dan…