Nyi Konsultan Korban Kekerasan Seksual

Edisi: Edisi / Tanggal : 2022-04-30 / Halaman : / Rubrik : LAPSUS / Penulis :

KAMAR berukuran 5 x 9 meter itu tak pernah sepi dari tamu. Shinto Nabilah, yang kerap dipanggil Nyi Shinto, duduk di ranjang. Stroke yang dialaminya selama empat tahun ini membuat pengasuh Pondok Pesantren Putri Al-Hidayat di Dusun Nusupan, Desa Kedunglumpang, Salaman, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, itu lebih banyak menghabiskan waktu di kamar. Pada Senin pagi, 18 April lalu, ada tujuh orang yang antre untuk menemuinya.
Salah satu tamu yang menemui Nyi Shinto hari itu adalah Fiki Nurmaulina asal Cilacap, Jawa Tengah. Perempuan 26 tahun itu sudah dua pekan tinggal di pondok dan belajar mengaji. Pengajar madrasah tsanawiyah dan sekolah menengah kejuruan itu mendapat nasihat agar melanjutkan pendidikan ke strata dua. “Perempuan harus berpendidikan dan berperan lebih,” kata Fiki, menirukan pesan Nyi Shinto.
Menurut Ulya Izzati, anak kedua Nyi Shinto, meski terkena stroke, ibunya tetap menjadi konsultan umat. Pondok Pesantren Putri Al-Hidayat memang dikenal sebagai pondok pesantren kesetaraan gender. Selain itu, banyak anggota jemaah yang berkonsultasi kepada Nyi Shinto perihal konflik keluarga atau bahkan kekerasan di dalam rumah tangga.
Dalam konsultasi tersebut, Nyi Shinto tidak berlagak sok pintar dan menggurui. Sebaliknya, dia mendengarkan dengan saksama keluhan yang diutarakan tamunya. Setelah itu, ia akan memberikan sejumlah saran atau nasihat. Menurut Ulya, kelebihan Nyi Shinto dalam mendengarkan tanpa menghakimi itulah yang membuat dia cukup dekat dengan jemaah.
Keahlian Nyi Shinto bukan cuma menangani kasus konflik suami-istri. Ulya bercerita, pada medio 2012, pondok pesantrennya pernah menangani kasus perundungan seksual yang dilakukan…

Keywords: Pesantren, Pondok Pesantren, Kesetaraan Gender, 

---

Foto Terkait