Berburu Harta Karun Di Kios Buku Tua
Edisi: Edisi / Tanggal : 2022-05-21 / Halaman : / Rubrik : GH / Penulis :
PENYAIR dan seniman Jose Rizal Manua masih ingat sejumlah detail peristiwa pembelian ratusan buku yang tertumpuk padat pada dua unit bajaj, pertengahan 2001. Saat itu dia mendapat kabar dari rekannya, pemilik toko buku tua di kawasan Matraman, Jakarta Timur, yang baru saja mendapat kiriman sejumlah buku dan arsip kuno. Pendiri Teater Tanah Air itu diminta memeriksa dan membeli beberapa koleksi tersebut.
Setiba di lokasi, Jose kaget melihat beraneka ragam buku tersebut memiliki identitas Wiratmo Soekito—budayawan dan guru besar Institut Kesenian Jakarta yang meninggal pada Maret 2001. Dia pun langsung memutuskan membeli dan membawa semua buku yang diduga milik salah seorang konseptor Manifes Kebudayaan 1963 itu.
Jose kemudian memilah dan menyisihkan beberapa buku menjadi koleksi pribadi di rumahnya. Sebagian besar lainnya dibawa dan dijual di kios buku tuanya, Galeri Buku Bengkel Deklamasi, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta. “Wiratmo dosen saya juga. Jadi saya borong sekitar Rp 3 juta ketika itu,” kata Jose saat ditemui wartawan Tempo, Fransisco Rosarians, di TIM pada Senin, 16 Mei lalu.
Selain menjadi kolektor, Jose adalah penjual buku dan dokumen arkais sejak 1980-an. Dia mendirikan Galeri Buku Bengkel Deklamasi setelah mendapat izin dari Gubernur DKI Jakarta Soerjadi Soedirdja pada 27 Juli 1996. Selama puluhan tahun kios ini menjadi salah satu destinasi perburuan buku lawas bagi kolektor, seniman, mahasiswa, dan masyarakat umum.
Jose mengatakan banyak buku dan dokumen dagangannya berasal dari warisan. Beberapa tokoh dan kolektor memiliki perpustakaan pribadi yang koleksinya memenuhi rak, bahkan ruangan. Setelah pemilik koleksi meninggal, sebagian besar anggota keluarganya tak berminat dan tak mampu merawat koleksi jadul tersebut. Akhirnya, mereka menghubungi sejumlah pedagang buku atau perantara untuk menjualnya dengan harga murah.
Pemilik Galeri Buku Bengkel Deklamasi Jose Rizal Manua di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 16 Mei 2022. TEMPO/Muhammad Hidayat
“Beberapa waktu lalu saya ditawari buku koleksi Mansur Samin (sastrawan yang meninggal pada 3 Juni 2003). Tapi kondisi sedang pandemi seperti ini, tak ada dana untuk membeli,” ujar Jose.
Salah satu tokoh yang juga mewariskan ratusan koleksinya adalah aktivis dan politikus Rahman Tolleng, yang meninggal pada 29 Januari 2019. Sebagian besar buku dan dokumennya masih tersimpan di dua kamar kediaman keluarganya di Cipedes Tengah, Bandung. Beberapa koleksi bukunya telah dicatat dan disimpan di dalam kardus. Sejumlah seri lain masih bertahan di lemari buku, seperti jurnal dan ensiklopedia.
Keluarga Rahman memutuskan memindahkan semua koleksi anggota legislatif 1968-1974 itu.…
Keywords: Tan Malaka, Taman Ismail Marzuki, Buku, Seno Gumira Ajidarma, Toko Buku, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Tak Terpisahkan Capek, Jazz, dan Bir
1993-10-02Sejumlah eksekutif mencari dunia lain dengan mendatangi kafe. kafe yang menyuguhkan musik jazz jadi rebutan.…
AGAR MISS PULSA TIDAK KESEPIAN
1993-02-06Pemakaian telepon genggam atau telepon jinjing kini tak hanya untuk bisnis tapi juga untuk ngobrol.…
INGIN LAIN DARI YANG LAIN
1992-02-01Festival mobil gila dalam pesta otomotif 92 di surabaya akan diperlombakan mobil unik, nyentrik dan…