Paradoks Ali Sadikin: Tukang Gusur Yang Merakyat
Edisi: Edisi / Tanggal : 2022-08-13 / Halaman : / Rubrik : LAPSUS / Penulis :
SEPERTI Soeharto, Ali Sadikin muncul ketika kekuasaan Sukarno sedang merosot. Konsep kontinuitas dan perubahan (continuity and change) dapat menjadi sandaran untuk memahami pelbagai paradoks Gubernur Jakarta 1966-1977 itu.
Harry Benda dan Ben Anderson memulai konsep kontinuitas dan perubahan dengan mengkritik Herbert Feith yang menulis The Decline of Constitutional Democracy (1962). Keduanya menganggap Feith mengabaikan sejarah Indonesia pascakolonial yang merdeka dan hendak menjadi negara modern tapi enggan berpisah dengan masyarakat serta negara pramodern. “Mengapa kita harus mengira negara seperti Indonesia akan mengikuti perkembangan demokrasi seperti di Barat?” tanya mereka.
Dengan pertanyaan itu, paradoks Ali Sadikin klop dengan konsep continuity and change ini. Mengapa ia sebagai penguasa otoriter Jakarta mendukung dan menjalankan praktik demokrasi?
Jawabannya, Ali Sadikin bagian dari “Vorstenlandse Republik”—konsep kontinuitas dan perubahan menurut sejarawan G.J. Resink. Demokrasi Terpimpin Sukarno ataupun Orde Baru Soeharto, kata Resink, adalah sebuah republik keraton. Soeharto mengaku “manunggal dengan rakyat”, Sukarno mendapuk diri “penyambung lidah rakyat”. Konsepsi ini berkaitan dengan kekuasaan otoriter yang diterima Ali Sadikin dan Soeharto melalui cara masing-masing. Soeharto melalui Supersemar 11 Maret 1966, Ali Sadikin melalui pengangkatannya sebagai Gubernur Jakarta pada 28 April 1966. Ketika melantiknya, Sukarno berkata, “Saya supplant kepadamu sebagian saya punya kalbu ini, saya masukkan di dalam kalbumu.”
Sampai di sini jelas mengapa Susan Blackburn dalam 400 Tahun Jakarta menempatkan Ali Sadikin sejajar dengan Soeharto dalam segitiga kekuasaan dengan Sukarno di puncaknya. Ali Sadikin seperti Soeharto yang mewarisi kekuasaan otoriter republik keraton. Soeharto dingin elitis, Ali Sadikin hangat merakyat. Ali Sadikin anak priayi yang bunuh diri kelas, Soeharto anak petani yang naik kelas jadi…
Keywords: LBH, Penggusuran, Ali Sadikin, Demokrasi, Gubernur Jakarta, DKI Jakarta, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Ini Keringanan atau Deal yang Rasional?
1994-02-05Setelah mou ditandatangani, penggubah lagu pop rinto harahap akan diakui kelihaiannya dalam bernegosiasi perkara utang-piutang.…
Modifikasi Sudah Tiga Kali
1994-02-05Perundingan itu hanya antara bi dan pt star. george kapitan bahkan tidak memegang proposal rinto…
Cukup Sebulan buat Deposan
1994-02-05Utang bank summa masih besar. tapi rinto harahap yakin itu bisa lunas dalam sebulan. dari…