Kongsi Menteri Di Bandara Halim
Edisi: Edisi / Tanggal : 2022-08-20 / Halaman : / Rubrik : EB / Penulis :
BAGI Denon Prawiraatmadja, September 2022 adalah babak baru. Di bulan itu, Denon dan perusahaan yang ia pimpin, grup Whitesky Aviation, bakal menjadi pengelola bandar udara (bandara) Halim Perdanakusuma. Pada Kamis petang, 18 Agustus lalu, Denon merampungkan pembicaraan dengan Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) Muhammad Awaluddin tentang alih kelola bandara di timur Jakarta itu. “Kami sudah ngobrol lagi,” katanya saat ditemui Tempo di Gedung Graha Mitra, Jakarta Selatan.
Whitesky adalah pemilik saham mayoritas PT Angkasa Transportindo Selaras atau ATS, perusahaan yang akan mengelola Bandara Halim Perdanakusuma. Hubungan ATS dengan Angkasa Pura II tak mulus lantaran kedua perusahaan ini bersengketa mengenai pengelolaan bandara itu.
Denon pun berdialog dengan Awaluddin atas perintah Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, yang meminta Bandara Halim Perdanakusuma beroperasi mulai 1 September mendatang. Rencana operasi ini ditetapkan setelah pemerintah merampungkan proyek pemugaran bernilai Rp 600 miliar. Kini landas pacu (runway), landas hubung (taxiway), dan gedung terminal di Halim siap menyambut tetamu Konferensi Tingkat Tinggi G20, November mendatang.
Toh, meski tergeser, Angkasa Pura II tetap memegang kartu truf. Sebab, perusahaan pelat merah itu mengantongi sertifikat badan usaha bandar udara atau BUBU sebagai legalitas operator layanan penerbangan. Karena itu, posisi ATS terkunci, tetap harus bekerja sama dengan Angkasa Pura II untuk bisa menjalankan pelayanan di Bandara Halim Perdanakusuma,
Aktivitas di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, pada 26 Januari 2022. Dok.TEMPO/Muhammad Hidayat
Jalan keluarnya, ucap Denon, ATS menggandeng Angkasa Pura II dengan opsi kerja sama operasi atau kontrak sebagai operator. Dia membandingkan skema ini dengan pengelolaan Bandara Internasional Kertajati di Majalengka yang dimiliki pemerintah Jawa Barat dan Bandara Dhoho di Kediri, Jawa Timur, yang sedang dibangun PT Gudang Garam. “Agaknya kami akan hire Angkasa Pura sebagai operator saja. Itu win-win solution paling cepat,” ujarnya.
Strategi itu mungkin menjadi akhir kisruh pengelolaan Bandara Halim Perdanakusuma. Kekisruhan ini bermula saat ATS bekerja sama dengan Induk Koperasi Angkatan Udara (Inkopau), entitas yang mewakili Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara selaku pemegang kuasa pengelolaan Bandara Halim. Melalui kerja sama yang terbuhul pada 2006 ini, ATS, yang waktu itu sahamnya dikuasai Grup Lion Air, bakal mengoperasikan bandara untuk penerbangan sipil di Halim, yang sudah lama dikenal sebagai pangkalan militer.
Namun kesepakatan itu tak memperhitungkan Angkasa Pura II, yang ditunjuk sebagai pengelola oleh Departemen Perhubungan sejak 1990. Walhasil, merasa terhalangi, ATS menggugat…
Keywords: PT Angkasa Pura II, Wahyu Sakti Trenggono, Arsjad Rasjid, TNI AU, Lion Air, Bandara Halim, 
Artikel Majalah Text Lainnya
SIDANG EDDY TANSIL: PENGAKUAN PARA SAKSI ; Peran Pengadilan
1994-05-14Eddy tansil pembobol rp 1,7 triliun uang bapindo diadili di pengadilan jakarta pusat. materi pra-peradilan,…
Seumur Hidup buat Eddy Tansil?
1994-05-14Eddy tansil, tersangka utama korupsi di bapindo, diadili di pengadilan negeri pusat. ia bakal dituntut…
Sumarlin, Imposibilitas
1994-05-14Sumarlin, ketua bpk, bakal tak dihadirkan dalam persidangan eddy tansil. tapi, ia diminta menjadi saksi…