Hutan Sipora Yang Kaya

Edisi: Edisi / Tanggal : 2022-08-27 / Halaman : / Rubrik : SEL / Penulis :


DI kebun samping rumahnya, Gustaf Taikatubutoinan memetik sekuntum bunga simakkainuk putih yang sedang mekar. Ia juga mengambil sembilan kuncup bunga simakkainuk alias gandasuli. Di kebun tanaman obatnya itu, dia juga mengambil seruas kencur. Pagi itu, ia akan meramu obat sakit kepala untuk dirinya sendiri. Gustaf adalah ahli pengobatan di Desa Goiso Oinan, di sekitar hutan Sipora Utara, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Di rumahnya, tumbuhan berkhasiat obat itu ia parut dengan gigiok, alat parut dari sepotong pelepah enau yang berduri.
Kencur dan bunga dihaluskan. Aromanya yang wangi langsung tercium. Ia menuangkan sedikit minyak kelapa ke dalam ramuan itu. Setelah jadi, ramuan itu ia peras di atas kepalanya, lalu diusapkan ke kening dan rambutnya. Sisa ramuan dimasukkan ke kain, kemudian diikat ke kepala sehingga menempel di keningnya. “Ini terasa dingin dan menyegarkan. Sakit kepala saya akan segera sembuh,” kata Gustaf.
Berbeda dengan sikerei, ahli tanaman obat di Pulau Siberut, Gustaf tidak menggunakan ritual seperti menyanyi dan menari untuk berkomunikasi dengan roh seperti dalam ritual Arat Sabulungan, kepercayaan lama Mentawai yang percaya kepada roh-roh.
Gustaf, yang kini berusia 64 tahun, tidak lagi mempercayai Arat Sabulungan. Ia hanya berdoa meminta kesembuhan kepada Tuhan sesuai dengan kepercayaannya saat ini. “Saya hanya berdoa dalam hati, kepada Tuhan Yesus, agar obat yang saya berikan bisa menyembuhkan,” tutur Gustaf, yang kini memeluk Protestan.

Suasana Desa Saurenuk, Sipora Utara, Mentawai. Rus Akbar
Gustaf adalah ahli tanaman obat yang diandalkan warga Goiso Oinan. Kakak tertuanya, Viktoria Taikatubutoinan, semasa hidup dulu juga ahli pengobatan. “Nenek moyang kami dulu adalah sikerei di Sipora. Saya juga mendapatkan keterampilan obat ini dari mimpi, sama seperti seorang sikerei, dituntun untuk mengambil jenis tanaman obat yang saya butuhkan,” ucapnya.
Selain menanam di kebun sebelah rumahnya, Gustaf biasanya mencari tanaman obat di dalam hutan Sipora di dekat kampungnya karena tidak semua tanaman itu bisa dibudidayakan. Terkadang ia harus masuk jauh ke hutan selama berjam-jam untuk mencari tanaman obat karena hutan sudah banyak dibuka untuk perladangan. “Ini sangat berbeda dengan 20 tahun lalu, hutannya dekat dengan kampung, saya tidak perlu jauh mencari tanaman obat,” ujarnya.

•••
DI Pulau Sipora, seperti dua pulau di sebelah selatannya, Pulau Pagai Utara dan Pulau Pagai Selatan, sudah tidak ada lagi kebudayaan sikerei dengan semua ritual Arat Sabulungan-nya. “Budaya lama itu sudah lama hilang sejak masuknya misionaris Kristen ke Mentawai, lebih dari 100 tahun lalu, dan diteruskan oleh pemerintah Indonesia pada 1954,” kata Tirjelius…

Keywords: DeforestasiMentawaiHutan AdatHutan SiporaTanaman Obat
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Z
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14

Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…

J
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12

Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…

N
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12

Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…