Eksperimen Teater Kalanari
Edisi: 25 Sep / Tanggal : 2022-09-25 / Halaman : / Rubrik : SN / Penulis :
KURSI-KURSI lipat nan empuk berwarna merah di depan panggung Stage Jurusan Teater Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dibiarkan melompong. Pertunjukan itu hanya membatasi 19 orang sekali menonton di atas panggung. Mereka duduk di kursi yang disusun melingkar sekaligus menjadi pembatas panggung. Mereka duduk membelakangi tiga aktor yang melakukan pertunjukan di tengah lingkaran. Penonton dipaksa menonton cermin retak yang digantung di depan mereka. Lewat pukul 19.19, pertunjukan hari terakhir dimulai. Panggung yang gelap oleh kain-kain hitam yang dibentangkan melingkar mendadak benderang. Setiap penonton diminta membuka halaman 19 buku yang mereka bawa dan membacanya. Panggung riuh oleh suara semua penonton yang membaca bukunya. Beda judul buku, beda narasi cerita. Peristiwa ini disaksikan seorang aktor berdandan perempuan setengah baya dan memakai tutup kepala. Dia duduk di tengah lingkaran dengan segenap perkakas dapur, termasuk kompor gas. Hening sejenak, lampu di atas kepala para penonton kemudian padam. Meninggalkan cahaya redup di tengah lingkaran. “Potong kulitnya… potong kulitnya… potong kulitnya sekarang juga… sekarang juga… sekarang juga….”
Ia menyanyikannya seperti nada lagu potong kue ulang tahun. Nyanyian perempuan tua itu terdengar pelan dengan tempo perlahan. Ia terus mengulangnya dengan makin keras dan tempo cepat sembari berjalan berkeliling. Hingga ia tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan setangkup daun sawi. “Selalu ada keajaiban-keajaiban kecil. Terima kasih, Tuan Pelindung!” ia berseru,…
Keywords: Pentas Seni, Sejarah Indonesia, ISI Yogyakarta, Teater Kalanari, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Ada Keramaian Seni, Jangan Bingung
1994-04-23Seminggu penuh sejumlah seniman menyuguhkan berbagai hal, bertolak dari seni pertunjukan, musik, dan seni rupa.…
Mempertahankan Perang Tanding
1994-06-25Reog khas ponorogo bisa bertahan, antara lain, berkat festival yang menginjak tahun ke-10. tapi, di…
Reog Tak Lagi Menyindir
1994-06-25Asal asul adanya reog ponorogo untuk memperingati perang tanding antara klanasewandono dengan singabarong.