Tembakan Maut Gas Air Mata Kedaluwarsa
Edisi: 9 Okto / Tanggal : 2022-10-09 / Halaman : / Rubrik : LAPUT / Penulis :
SEBANYAK 35 tiket di tangan Simon Zakaria ludes terjual sepekan sebelum laga sepak bola antara Arema FC dan Persebaya Surabaya digelar di Satdion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur. Sebagai koordinator Aremania—sebutan suporter Arema FC—untuk wilayah Gadingsari, Kecamatan Klojen, Malang, dia menjual tiket seharga Rp 50 ribu itu hanya kepada konco dekat. “Kami hanya ambil untung Rp 3.000 per tiket,” ujarnya.
Dengan riang gembira, mereka mendatangi stadion pada Sabtu sore, 1 Oktober lalu. Simon, 38 tahun, turut memboyong istrinya. Mereka menonton dari Tribun Timur. Tak ada suporter Persebaya yang ikut menonton di stadion.
Pertandingan “Derby Jawa Timur” di kompetisi BRI Liga 1 itu berlangsung alot. Setelah sempat ketinggalan, Arema FC menyamakan kedudukan di babak kedua. Sebanyak 42 ribu penonton tak henti bersorak-sorai.
Sekitar pukul 21.39 WIB, wasit meniup peluit panjang. Pertandingan berakhir dengan skor 2-3 untuk kemenangan Persebaya. Pemain Persebaya langsung menuju ruang ganti di bawah tribun VIP di sisi barat stadion. Sementara itu, pemain dan ofisial Arema bertahan di lapangan. Setelah 23 tahun, ini pertama kalinya Arema kalah di kandang kala melawan Persebaya.
Lima menit kemudian, seorang penonton dari kursi tribun melompati pagar dan berlari ke lapangan hijau. Tingkahnya diikuti satu suporter lain. “Mereka bermaksud menyemangati pemain, bukan untuk bikin rusuh,” kata salah seorang penonton di tribun VIP yang melihat kejadian itu, Totok Prasetyo. Detik-detik suporter memeluk pemain Arema direkam, lalu beredar luas di media sosial.
Ratusan polisi yang berjaga di dalam stadion menganggap tindakan Aremania tersebut ancaman. Apalagi jumlah suporter yang turun ke lapangan makin banyak. Sebagian polisi langsung menggiring para pemain Arema ke ruang ganti. Ratusan personel lain menghalau penonton menjauh ke pinggir lapangan.
Tembakan gas air mata usai pertandingan antara Arema FC dan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Indonesia, 1 Oktober 2022/REUTERS/REUTERS TV
Beberapa polisi melepaskan tembakan gas air mata ke arah suporter yang berserak di lapangan. Mereka pontang-panting berlarian menuju tribun. Kekacauan memuncak saat polisi melontarkan gas air mata ke arah Tribun Selatan. “Suaranya seperti petasan,” ujar Yona Arianto, salah seorang penghuni tribun VIP di sisi barat stadion.
Simon Zakaria bersama istrinya ikut panik. Ia mengatakan peluru gas air mata memang hanya ditembakkan ke Tribun Selatan. Tapi asap gas turut berembus arah penonton di Tribun Timur. Simon dan teman-temannya ikut panik. “Ayo metuo, rek (Ayo, keluar)!” kata Simon ke arah ratusan suporter di dekatnya.
Sebagian besar polisi dan personel Tentara Nasional Indonesia yang berada di sisi tenggara ikut merangsek ke lapangan. Mereka membubarkan kerumunan massa menggunakan tongkat pemukul.
Pada hari itu Stadion Kanjuruhan dijaga 2.034 personel gabungan polisi, anggota TNI, dan petugas keamanan stadion. Mereka berasal dari berbagai satuan…
Keywords: Tragedi Kanjuruhan, Arema FC, Stadion Kanjuruhan, Aremania, Kanjuruhan, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…