Kali Ini Bandara Banyuwangi Dan Peni
Edisi: 16 Okt / Tanggal : 2022-10-16 / Halaman : / Rubrik : SEL / Penulis :
HAMPIR semua bandar udara terlihat sama: solid, penuh kaca, menyilaukan, dan didominasi warna keperakan. Bangunan-bangunan itu seperti benda asing yang tiba-tiba mendarat di atas tanah kehijauan yang luas. Keseragaman bangunan bandara itu juga yang membuat penumpang kehilangan pengalaman perjalanan karena bandara tempat mereka berangkat dan mendarat tak ada bedanya. Pengalaman berbeda muncul saat kita mendarat di Bandara Udara (Bandara) Banyuwangi, Jawa Timur.
Dari ketinggian, penumpang hampir tidak melihat keberadaan bangunan terminal karena sebagian besar atapnya tertutup rumput hijau, mirip sawah dan pepohonan di sekitarnya. Mungkin hanya landasan pacu dan tempat parkir pesawat yang terlihat menonjol.
Sedangkan mereka yang mendatangi bandara dari darat, saat membelah lautan sawah dari dalam mobil, akan melihat atap rumput itu seperti sawah yang naik secara perlahan dari kejauhan. Kehadiran alam sekitar juga bisa dirasakan dari banyaknya tanaman dan pohon serta sejumlah kolam di dalam ruangan.
Keharmonisan bandara dengan alam sekitar adalah salah satu hal yang membuat juri Aga Khan Award memutuskan Bandara Internasional Banyuwangi di Desa Blimbingsari, yang didesain oleh Andra Matin, sebagai satu dari enam pemenang Aga Khan Award Ke-15 (2020-2022).
Arsitek Andra Matin di Galeri Nasional, Jakarta, 11 Desember 2019. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Lima pemenang lain adalah fasilitas publik di tepi Sungai Nabaganga dan ruang publik pengungsi Rohingya (keduanya di Bangladesh), museum Argo (Iran), hasil renovasi Niemeyer Guest House (Libanon), serta sekolah Kamanar (Senegal). Keenam pemenang berbagi hadiah sebesar US$ 1 juta.
Seperti kelima pemenang lain, desain Bandara Banyuwangi menyingkirkan lebih dari seribu karya arsitektur yang didaftarkan. Selain itu, keberhasilan Andra ini mengakhiri 27 tahun “puasa” Aga Khan bagi Indonesia. Indonesia terakhir kali mendapat Aga Khan Award pada 1995 lewat karya taman di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.
Menurut para juri, karya Andra layak mendapat penghargaan karena ia berhasil membuat sejumlah terobosan. “Tidak seperti bangunan bandara lain, yang kerap merupakan tempat kedap, tertutup, dan terasing dari lingkungan sekitar, Bandar Udara Internasional Banyuwangi adalah perlawanan elegan terhadap bentuk bandara pada umumnya,” tulis para juri dalam keputusan pemenang. Bandara yang selesai dibangun pada 2017 ini juga dipuji sebagai paradigma baru dan “a game changer” dalam arsitektur bandara.
•••
KETIKA ditanyai tentang pujian para juri ini, Andra tersenyum. “Saya tidak tahu untuk airport besar. Tapi, untuk bandara kecil dan menengah, konsep desain seperti di Banyuwangi ini bisa diterapkan,” kata Andra kepada Tempo, Ahad, 2 Oktober lalu. Ada dua hal penting dari desain ini yang, menurut dia, juga membuat juri tertarik.
Pertama, bangunan ini berusaha mengurangi penggunaan energi dengan memakai passive design. Misalnya, untuk menyejukkan udara di ruangan, ia tidak menggunakan penyejuk udara (AC), tapi membuat banyak bukaan agar udara mengalir. Hasilnya cukup tokcer. Ia bisa…
Keywords: Arsitektur, Aga Khan Award, Andra Matin, Aga Khan, Bandara Banyuwangi, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…