Dualisme Durga Dalam Koreografi 

Edisi: 4 Dese / Tanggal : 2022-12-04 / Halaman : / Rubrik : SN / Penulis :


TIGA penari berkostum merah darah mengacungkan parang ke langit dan mengoles-oleskannya ke sebagian tubuh. Bersorot mata tajam dan tanpa senyum sama sekali, seorang di antaranya memasukkan ujung senjata itu ke mulutnya. 
Dia menarik parang itu secara perlahan. Melonjak-lonjak seperti berada di atas bara api, ia mengayun-ayunkan senjata itu dengan cepat. Penari lain menempelkan bilah parang ke tangan telanjangnya. Penari lain bertudung, melenggang-lenggokkan badannya dan tersenyum. Irama cello yang menyayat mengiringi gerakan, menambah sensasi kengerian sepanjang pertunjukan.  
Cericit burung di awal pentas menemani tiga penari di Candi Sukuh, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, itu yang sedang menampilkan Dirandra, The Double Dare—salah satu karya film tari Durga Dance Film Festival, rangkaian acara Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) yang digelar pada 24-27 November 2022 secara daring.
Festival ini menampilkan sembilan koreografer dari Indonesia, Thailand, Malaysia, dan Singapura yang dikuratori Tang Fu Kuen, kurator serta produser visual dan pertunjukan kontemporer yang banyak bekerja di Asia dan Eropa. Tahun ini, BWCF mengangkat tema “Merayakan Pemikiran Hariani Santiko Durga di Jawa, Bali, dan India”. 
Dirandra, The Double Dare adalah karya koreografer Eko Supriyanto yang bertolak dari seni tari tradisi Sulawesi Tenggara. Salah satunya lumense. Tarian khas suku Moronene itu punya makna sakral, yaitu membersihkan diri dari bala bencana. “Lumense memuja perempuan,” ujar Eko, Senin, 28 November lalu. 
Lumense dalam sejarahnya menggambarkan perempuan yang harus menebas kepala sebagai jalan satu-satunya untuk mengusir wabah besar. Ketiga penari dari sanggar tari 8 Arts, Kendari, itu memainkan karakter ganda perempuan. Selain lembut, perempuan digambarkan berwatak keras dan tangguh. Mereka mewakili karakter dan ekspresi perempuan…

Keywords: Borobudur Writers & Cultural FestivalCalon ArangKoreograferTariDurga
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

A
Ada Keramaian Seni, Jangan Bingung
1994-04-23

Seminggu penuh sejumlah seniman menyuguhkan berbagai hal, bertolak dari seni pertunjukan, musik, dan seni rupa.…

M
Mempertahankan Perang Tanding
1994-06-25

Reog khas ponorogo bisa bertahan, antara lain, berkat festival yang menginjak tahun ke-10. tapi, di…

R
Reog Tak Lagi Menyindir
1994-06-25

Asal asul adanya reog ponorogo untuk memperingati perang tanding antara klanasewandono dengan singabarong.