Tercekam Melancong Di Wilayah Konflik
Edisi: 4 Dese / Tanggal : 2022-12-04 / Halaman : / Rubrik : GH / Penulis :
BELASAN orang berpakaian serba hitam dengan mengendarai sepeda motor tiba-tiba berhenti di salah satu jalan utama pusat Kota Teheran, Iran, 17 September lalu. Beberapa dari mereka kemudian mengacungkan senjata api yang dalam hitungan detik memuntahkan sejumlah peluru ke arah acak. Mendadak sontak puluhan pejalan kaki lari kocar-kacir. Salah satunya backpacker Indonesia, Andy Sugianto, yang tengah berjalan menuju Tawhid Tunnel.
Saat itu, Andy Sugianto bersama dua pelancong asal Swiss baru saja mengunjungi museum US Den of Espionage dan mural raksasa Down with the USA yang tak jauh dari lokasi penembakan. Saat peristiwa tersebut terjadi, ketiganya hanya berjarak kurang dari 10 meter dari gerombolan penembak.
“Kaki saya lemas, tak mampu berlari. Saya sempat jatuh di rumput dekat taman. Seorang warga Iran datang menolong untuk bersembunyi di balik tembok,” kata Gie—panggilan akrab Andy Sugianto—ketika membagikan kisah perjalanannya tersebut kepada Tempo, Kamis, 24 November lalu.
Menurut Gie, wajah semua orang dalam peristiwa itu menjadi sangat pucat dan penuh ketakutan. Termasuk warga Iran yang mengatakan khawatir akan kondisi keamanan negaranya. Hingga saat ini, pria sekitar 40 tahun itu mengaku tak mengetahui siapa kelompok berpakaian hitam tersebut.
Setelah berlindung, Gie bersama dua rekannya langsung bergegas mencari akses terdekat menuju fasilitas kereta. Mereka ingin segera balik ke penginapan. Namun mereka kembali panik ketika melewati sebuah jalan yang telah dipenuhi pemuda bermasker hitam. Salah satu anggota kelompok itu datang mendekat. Dia mengusir Gie dan pejalan kaki lain menuju tangga kecil ke sebuah jalan alternatif.
Andy Sugianto berinteraksi dengan warga lokal saat mengunjungi Iran pada September 2022/Dok Pribadi
“Pemuda itu bilang, ‘Pergilah, Iran berbahaya, kalian bisa tertembak’. Lalu dia berteriak sambil kembali ke gerombolannya, ‘Iran no freedom’,” tutur Gie menirukan pemuda tersebut.
Dalam sekejap Teheran berubah menjadi sangat mencekam. Gie dan dua rekannya tak bisa mendapatkan informasi karena jaringan Internet mendadak mati. Mereka tak tahu pemerintah Iran sudah beberapa kali memutus jaringan Internet untuk meredam aksi demonstrasi dan protes massal. Padahal mereka perlu mengakses peta digital untuk mengetahui lokasi stasiun dan terminal.
Mereka kemudian meminta informasi dari polisi yang juga mulai banyak muncul di sejumlah ruas jalan dan fasilitas publik. Gie makin sadar, kota yang dikunjunginya itu sedang dalam kondisi berbahaya. Beberapa warga pun menghampiri dan memberi saran agar mereka segera meninggalkan Teheran.
Selain lewat berita, Gie sebenarnya mulai menemukan gejala aneh ketika memasuki wilayah Iran melalui Kota Tabriz. Saat itu jaringan Internet mati nyaris sepanjang hari. Hanya pada tengah malam dan pagi ada jaringan Internet, meski lemah. Namun waktu itu aktivitas masyarakat masih normal. Jalan raya, pasar, dan fasilitas publik masih ramai.
Kondisi sosial dan politik Iran memang memanas beberapa tahun terakhir.…
Keywords: Kashmir, Afganistan, Perjalanan, Backpacker, Wilayah Konflik, Backpacker Indonesia, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Tak Terpisahkan Capek, Jazz, dan Bir
1993-10-02Sejumlah eksekutif mencari dunia lain dengan mendatangi kafe. kafe yang menyuguhkan musik jazz jadi rebutan.…
AGAR MISS PULSA TIDAK KESEPIAN
1993-02-06Pemakaian telepon genggam atau telepon jinjing kini tak hanya untuk bisnis tapi juga untuk ngobrol.…
INGIN LAIN DARI YANG LAIN
1992-02-01Festival mobil gila dalam pesta otomotif 92 di surabaya akan diperlombakan mobil unik, nyentrik dan…