Menjelang Seabad A.a. Navis
Edisi: 11 Des / Tanggal : 2022-12-11 / Halaman : / Rubrik : SN / Penulis :
PANGGUNG berisik oleh pukulan palu pada sebuah cangkul seorang lelaki tua yang duduk di sebuah dipan di panggung yang temaram oleh cahaya merah. Berbaju koko, celana pangsi, dan peci hitam, ia sibuk dengan perkakasnya. Riuh terhenti ketika Ajo Sidi yang datang dengan kereta angin melempar salam kepada kakek itu. “Pagi ini aku hampir terluka, pisau cukur ini sudah tidak tajam,” ujar Ajo. “Coba kulihat… sepertinya sudah lama tidak diasah,” si Kakek menjawab. Karena itulah kemudian Ajo mendatangi si Kakek. Mereka berbincang sebentar. Si Kakek menanyakan alasan Ajo tak salat berjemaah subuh tadi. Ajo pun menjawab sekenanya, karena banyak pekerjaan. Ia pun bergegas mendorong sepedanya. Lelaki tua itu kembali melanjutkan kegiatannya sambil menggerutu. Ajo Sidi dan Kakek adalah dua tokoh dalam cerita Robohnya Surau Kami yang dipentaskan pada Senin, 28 November, lalu oleh Teater Jenjang di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta Pusat.
Teater ini menampilkan cerita karya sastrawan A.A. Navis di panggung yang sederhana. Panggung bernuansa kelam dengan temaram cahaya merah. Empat lembar kain putih tergantung di sisi kanan panggung, menggambarkan tiang-tiang surau di kampung itu. Surau itu menjadi tempat si Kakek bermunajat, bersembahyang, dan mengimami para penduduk. Si Kakek menekuni kesibukannya di sebuah dipan, membantu orang-orang, termasuk…
Keywords: Sastrawan, Teater, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Ada Keramaian Seni, Jangan Bingung
1994-04-23Seminggu penuh sejumlah seniman menyuguhkan berbagai hal, bertolak dari seni pertunjukan, musik, dan seni rupa.…
Mempertahankan Perang Tanding
1994-06-25Reog khas ponorogo bisa bertahan, antara lain, berkat festival yang menginjak tahun ke-10. tapi, di…
Reog Tak Lagi Menyindir
1994-06-25Asal asul adanya reog ponorogo untuk memperingati perang tanding antara klanasewandono dengan singabarong.