Satelit Mahasiswa Pertama Mengorbit

Edisi: 12 Feb / Tanggal : 2023-02-12 / Halaman : / Rubrik : ILT / Penulis :


MATA Setra Yoman Prahyang, 27 tahun, berbinar-binar saat dia menceritakan perasaannya menyaksikan Surya Satellite-1 yang ia kembangkan bersama timnya selama enam tahun akhirnya meluncur ke orbit. Satelit kubus berbobot 1,3 kilogram itu dilontarkan dari Stasiun Antariksa Internasional (ISS) pada 6 Januari lalu. “Lega banget satelit itu menjadi kenyataan. Akhirnya kami bisa memenuhi janji kepada para pemangku kepentingan dan sponsor,” kata Setra saat ditemui di kafe di kawasan Kembangan, Jakarta, Jumat, 3 Februari lalu.
Setra menyebut pengembangan satelit sebesar separuh kotak tisu itu sebagai perjalanan enam tahun “yang berdarah-darah”. Perjalanan itu bermula pada April 2016, ketika ia bersama 20 mahasiswa tahun ketiga Universitas Surya, Tangerang, Banten, bergabung dalam proyek satelit kubus (cubesat) yang bakal diluncurkan Jepang. Minat terhadap satelit itu muncul berkat dosen pembimbing mereka yang juga anggota Organisasi Amatir Radio Indonesia (Orari). Juga euforia atas peluncuran satelit Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) A-2 alias Satelit LAPAN/ORARI lima bulan sebelumnya.
Kerasnya perjalanan itu, Setra menambahkan, tecermin dari ketatnya seleksi alam terhadap tim. Satu per satu anggota tim gugur lantaran tak tahan mengalami seribu masalah. Tinggal Setra dan lima kawannya yang bertahan sampai Surya Satellite-1 (SS-1) rampung dirancang-bangun. “Aku bangga sama timku. Kami semua bekerja sukarela,” tutur Setra, pemimpin proyek SS-1, tentang teman-temannya: Afiq Herdika Sulistya, Hery Steven Mindarno, Muhammad Zulfa Dhiyaulfaq, Roberto Gunawan, dan Suhandinata.
Wahyudi Hasbi yang menjadi pembimbing teknis tim SS-1 mengatakan apa yang dilakukan Setra dan kawan-kawan ini menjadi tonggak capaian dan sejarah. “Ini pertama kalinya mahasiswa Indonesia mengembangkan satelit yang diorbitkan. Ini cubesat pertama yang dibikin anak-anak Indonesia,” ucap Wahyudi, Kepala Pusat Riset Teknologi Satelit Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). “Kami pada 2007 bikin satelit juga, LAPAN-TUBSat. Tapi bikinnya di Jerman, kolaborasi dengan Technische Universität Berlin,” ujarnya, Senin, 6 Februari lalu.
Menurut Wahyudi, SS-1 unik karena dibikin bukan dari modul atau cubesat kit yang banyak tersedia di pasar. “Satelit ukuran 1U seperti SS-1 ini standar biayanya kalau di luar negeri US$ 100 ribu (sekitar Rp…

Keywords: Universitas SuryaMahasiswaBRINSatelitSatelit Kubus
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

E
Ekornya pun Bisa Menembak
1994-05-14

Dalam soal ekonomi, rusia bisa dikelompokkan terbelakang. tapi teknologi tempurnya tetap menggetarkan barat. kini rusia…

I
Ia Tak Digerakkan Remote Control
1994-04-16

Seekor belalang aneh ditemukan seorang mahasiswa di jakarta. bentuknya mirip daun jambu. semula ada yang…

P
Pasukan Romawi pun Sampai ke Cina
1994-02-05

Di sebuan kota kecil li-jien, di cina, ditemukan bukti bahwa pasukan romawi pernah bermukim di…