Makam Cina Kuno Semarang
Edisi: 26 Feb / Tanggal : 2023-02-26 / Halaman : / Rubrik : SEL / Penulis :
SABTU, 11 Februari lalu, dengan tas punggung dan topi rimba, Philipus Dellian Agus Raharjo atau akrab dipanggil Pippo Agosto menyambangi kompleks pemakaman Bergota, tak jauh dari Simpang Lima, Kota Semarang. Langkah kakinya terhenti di depan batu nisan beraksara di antara ratusan jajaran batu nisan. Lokasinya berada di bawah rimbunan pepohonan dan rumpun bambu di tanah yang agak miring. Tak jauh dari petilasan Pangeran Puger.
Batu nisan makam atau bongpay yang ia temui saat itu sudah terbelah. “Mungkin tertimpa batang pohon yang jatuh," ujar Pippo kepada Tempo, Kamis, 23 Februari lalu. Kondisi nisan yang terbelah itu menyulitkannya mengidentifikasi pemilik nama makam tersebut.
Dari sisa tulisan yang tersisa, ia menaksir usia pembuatan makam tersebut dan marga si empunya makam. "Masih terbaca tahunnya: 1723 Masehi, tahun kelinci, dari marga Yap (Yap…Goan)," ujarnya. Sementara itu, nama depan di nisan itu tak terbaca karena berada pada patahan bongpay. Bentuk bongnya pun sederhana, "miskin" ornamen. Makam itu dibangun oleh keturunannya, dua anak laki-laki bernama Zhen atau Tin atau Chin dan Gai atau Kai.
Pemakaman Tionghoa di kawasan Karanggawang, Semarang, 22 Januari 2023/Dok. Pippo Agosto
Bongpay itu, kata Pippo, bukan satu-satunya makam Cina tua yang ada di permakaman Bergota. Dia memperkirakan ada sekitar 20 makam serupa di kompleks tersebut. Salah satunya berada di dekat makam Habib Assegaf. Makam-makam itu kondisinya bervariasi, ada yang masih terawat dan ada yang beberapa terbengkalai tertutup tanaman liar. Ada pula yang terpendam tanah atau hancur tertimpa pohon.
Lokasi makam yang berdampingan dengan permukiman warga juga menyebabkan bangunan telah beralih fungsi. "Kondisinya bervariasi, ada yang sudah jadi fondasi rumah, ada yang sudah jadi anak tangga, yang utuh juga ada," ucap pria 40 tahun itu.
Aktivitas keluar-masuk permakaman tersebut telah Pippo jalani dalam tiga tahun terakhir. Awalnya dia mengunjungi mausoleum permakaman keluarga Thio Sing Liong, warga Semarang yang memiliki usaha ekspor-impor. Mausoleum itu berada di Jalan Sriwijaya, Kota Semarang. Makam di dalamnya berbalut marmer utuh yang didatangkan langsung dari Genoa, Italia.
Menurut Pippo, makam keluarga itu tergolong baru. Dia memperkirakan makam tersebut dibangun pada abad ke-20. Kondisinya juga megah dan terawat karena keturunan keluarga yang dikebumikan di sana masih ada. "Waktu itu saya belum mencari makam kuno. Hanya jalan-jalan lihat makam yang unik," ucapnya.
Mausoleum pemakaman keluarga Thio Sing Liong di Jalan Sriwijaya, Semarang/Tempo/Jamal Abdun Nashr
Pippo lantas mengunggah kunjungannya di mausoleum itu di media sosial. Unggahannya tersebut kemudian mempertemukan Pippo dengan Bram Luska untuk pertama kali. Bram meminta Pippo menemaninya…
Keywords: Cina, Masyarakat Tionghoa, Hubungan Indonesia - Cina, Keturunan Tionghoa, Dinasti Ming, Makam Kuno, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…