Kitab Tempe Yang Mendunia

Edisi: 9 Apri / Tanggal : 2023-04-09 / Halaman : / Rubrik : SOS / Penulis :


RASA gemas tumbuh di dada Amadeus Driando Ahnan-Winarno setelah mendengar omongan teman-temannya di kampus perihal tempe. Mereka mengatakan tempe hanya makanan murah, makanan orang tidak mampu, dan lauk-pauk bagi orang yang tidak sanggup membeli daging sapi.
“Saya sadar ada suatu paradigma bahwa tempe, walaupun secara ilmiah sehat dan ramah lingkungan, memiliki image negatif, makanan kuno, enggak keren,” kata Ando—sapaan akrab Amadeus Driando—kepada Tempo di rumahnya di Bogor, Jawa Barat, Kamis, 6 April lalu.
Bertolak dari kegemasan itulah doktor ahli pangan lulusan University of Massachusetts-Amherst, Amerika Serikat, ini tertarik mengangkat tempe agar tidak diremehkan. Lewat Indonesian Tempe Movement, lembaga nirlaba yang didirikannya bersama ibu dan kakeknya, Ando hendak mempopulerkan tempe sebagai makanan keren dan berkelas serta diakui dunia.
Ketertarikan pria yang lahir di Bogor, 4 November 1992, ini pada tempe terjadi pada sekitar 2014. Saat itu Ando yang tengah kuliah di Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta, terobsesi membuat tubuhnya lebih berotot. Dia mencoba berbagai makanan untuk menambah asupan protein. Dari daging sapi, ayam, telur, hingga susu rutin ia konsumsi. Termasuk susu untuk bodybuilding. “Waktu itu saya berpikir, kalau mengkonsumsi itu semua bisa bangkrut, karena mahal buat saya,” ujarnya.
Mahasiswa program studi bioteknologi ini pun menjelajahi berbagai literatur untuk mencari alternatif sumber protein. Ando terperangah ketika mengetahui ternyata tempe memiliki nilai gizi yang baik. Menurut dia, protein dan energi yang dihasilkan dari sapi dan tempe setara. Adapun serat dan kalsium yang dikandung tempe lebih tinggi dari daging sapi. Adapun kandungan lemak dan garam pada tempe lebih rendah dari daging sapi. Harga tempe juga lebih terjangkau.

Amadeus Driando, Founder Tempe Movement , di laboratoriumnya di Bogor, Jawa Barat, 6 April 2023. Tempo/Febri Angga Palguna
Saat itulah Ando memutuskan membentuk ototnya dengan mengkonsumsi tempe. “Saya senang karena ototnya progres, lemaknya sedikit,” tutur pria 30 tahun yang bertubuh ramping ini.
Sejak saat itu, Ando pun kian tertarik pada tempe. Hingga suatu hari ia bersama ibu dan kakeknya, yang berlatar belakang pendidikan ilmu pangan, membahas tempe yang memiliki keunggulan gizi itu untuk diperkenalkan lebih luas lagi. Kemudian mereka pun menggelar konferensi bertajuk “International Conference on Tempe” dan “International Youth Conference on Tempe” di Yogyakarta pada 2014. Ilmuwan, pejabat pemerintahan, perajin tempe, dosen, dan pengusaha berkumpul. Peserta juga datang dari Jepang, Polandia, Belgia, Amerika Serikat, dan Australia. “Dari situ kita sadar, lho, ternyata orang-orang itu tertarik ya sama tempe,” tutur Ando.
Dari pertemuan itu kemudian lahir ide membuat organisasi nirlaba yang bertujuan mempopulerkan tempe di tingkat nasional hingga global. Maka Ando bersama ibunya, Wida Winarno, dan kakeknya,…

Keywords: TempeTempe MovementIndonesian Tempe MovementAmadeus Driando Ahnan-WinarnoBetter Nature
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Sang Peroboh Menara Gading
2007-11-04

Ia pionir dalam bidang telekomunikasi satelit indonesia. insinyur juga harus pandai berbisnis.

M
Membesarkan Indonesia dengan Musik
2005-07-10

Erwin gutawa adalah musisi cemerlang. jenjang karier sebagai seorang musisi telah lengkap ia lakoni.

M
Menjaga Bali dengan Hati
2005-08-14

Luh ketut suryani terus berikhtiar menjaga bali dari gerusan efek negatif pariwisata. anak-anak korban pedofilia…