Ancaman Konservasi Badak Jawa Di Ujung Kulon
Edisi: 7 Mei / Tanggal : 2023-05-07 / Halaman : / Rubrik : LIN / Penulis :
SALAH seorang yang paling bertanggung jawab dalam mengidentifikasi badak Jawa di habitat Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) adalah Asep Yayus Firdaus. Pengendali ekosistem hutan TNUK ini mengatakan proses identifikasi badak dilakukan dengan pengolahan data pemantauan melalui klip video dari kamera jebak. "Mengidentifikasi tiap individu dan melakukan analisis serta pemetaan dengan ciri-ciri morfologi tiap badak," ujar Yayus saat ditemui Tempo di Kantor Balai Taman Nasional Ujung Kulon, Kabupaten Pandeglang, Banten, Jumat, 5 Mei lalu.
Yayus mengatakan pemantauan satwa bercula satu di sisi barat Pulau Jawa ini dilakukan sejak 2013. Kini terdapat 130 kamera jebak yang tersebar di kawasan konservasi seluas 38 ribu hektare (dari luas total Taman Nasional Ujung Kulon yang 45 ribu hektare) itu. "Sebelumnya pemantauan dilakukan secara tidak langsung dengan mengidentifikasi jejak ataupun kotoran badak Jawa," katanya. “Ketika mulai menggunakan kamera, jumlah individu yang bisa dideteksi pun meningkat.”
Untuk memudahkan proses identifikasi, menurut Yayus, pemberian nama dilakukan kepada setiap individu badak yang terdeteksi. Pemberian nama dilakukan sejak 2011 dengan nomor ID pertama diberikan kepada individu badak bernama Kujang. "Hingga 2022, ada 91 badak yang telah diberi ID, tapi dua individu belum diberi nama karena baru terdeteksi pada 2022," ucap Yayus.
Dalam proses identifikasi, Yayus menerapkan delapan parameter untuk membedakan setiap individu satwa yang oleh Uni Internasional untuk Konservasi dan Sumber Daya Alam (IUCN) pada 2006 ditetapkan status konservasinya sebagai kritis (critically endangered) tersebut. Kedelapan parameter itu berdasarkan analisis rekaman kamera dengan melihat kondisi cula, mata, kerutan mata, telinga, lipatan leher, lipatan kaki, ekor, dan warna kulit yang terakhir. "Tapi yang menguntungkan saya untuk membedakan badak adalah bekas cacatnya. Contohnya, badak Shinta ada bekas luka di…
Keywords: World Wide Fund for Nature | WWF, Taman Nasional Ujung Kulon, Badak Jawa, IUCN, Kawasan Konservasi, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Indorayon Ditangani oleh Labat Anderson
1994-05-14Berkali-kali lolos dari tuntutan lsm dan protes massa, inti indorayon kini terjerat perintah audit lingkungan…
Bah di Silaut dan Tanahjawa
1994-05-14Dua sungai meluap karena timbunan ranting dan gelondongan kayu. pejabat menuding penduduk dan penduduk menyalahkan…
Daftar Dosa Tahun 1993
1994-04-16Skephi membuat daftar hutan dan lingkungan hidup yang mengalami pencemaran berat di indonesia. mulai dari…