Bermula Dari Protes Kenaikan Harga Susu

Edisi: 21 Mei / Tanggal : 2023-05-21 / Halaman : / Rubrik : LAPSUS / Penulis :


MELANGKAH bergegas ke tengah bundaran air mancur di seberang Hotel Indonesia, Karlina Supelli hendak berunjuk rasa bersama aktivis perempuan. Hari itu, Senin, 23 Februari 1998, atau tiga bulan sebelum gelombang demonstrasi mahasiswa yang menuntut Reformasi 1998, Karlina dan kawan-kawannya memprotes harga susu yang kelewat mahal akibat krisis ekonomi.
Puluhan polisi berjaga dan mengamati wira-wiri warga di Bundaran Hotel Indonesia. Namun sumber perhatian siang itu adalah Karlina, yang saat itu menjadi dosen Universitas Indonesia dan redaktur di Jurnal Perempuan. Terimpit di tengah para pewarta foto yang berjalan, Karlina mengenakan kaus berwarna jingga dan sepatu berhak tinggi serta menenteng payung.
“Polisi menyetop saya karena berpakaian mencolok dan satu-satunya perempuan di tengah wartawan,” kata Karlina menceritakan ulang kejadian itu di Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Selasa, 16 Mei lalu. Polisi mempertanyakan tujuan Karlina berseliweran di sekitar landmark Ibu Kota.
Menjawab interogasi itu, Karlina berdalih sedang mengikuti sesi pemotretan. Lalu ia mengembangkan payungnya. Tanpa diberi aba-aba, para juru foto di sekitar Karlina menimpali bahwa dia model kalender. Jadilah Karlina berpose layaknya peragawati dan fotografer bergantian menjepretnya. Cekrek! Cekrek! Polisi percaya dan membiarkan ia berlalu.

Dokumentasi Yayasan Jurnal Perempuan saat aksi Suara Ibu Peduli, di Jakarta, Februari 1998. Dok YJP
Lolos dari polisi, Karlina berhimpun bersama 14 perempuan yang tergabung dalam Suara Ibu Peduli, organisasi masyarakat sipil yang dibentuk para pegiat hak dan kesetaraan perempuan. Tatkala Karlina berlenggok-lenggok, mereka sebetulnya sudah bersiap di sekitar bundaran air mancur. Adegan Karlina membuka payung adalah kode untuk merapat ke titik demonstrasi.
Bergabung dengan Karlina, ada Gadis Arivia—Direktur Eksekutif Yayasan Jurnal Perempuan. Para perempuan itu lantas membentangkan kain bertulisan sejumlah tuntutan kepada rezim Orde Baru. Memakai isu stok susu yang langka dan harganya melambung, mereka meminta pemerintah memperhatikan gizi anak-anak. Mereka juga mendesak penurunan harga bahan kebutuhan pokok alias sembako.
Ide sebenarnya dari aksi tersebut adalah memprotes kepemimpinan Soeharto yang otoriter melalui persoalan yang…

Keywords: Karlina SupelliSoehartoReformasi 1998Orde Baru ReformasiAktivisSuara Ibu Peduli
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Ini Keringanan atau Deal yang Rasional?
1994-02-05

Setelah mou ditandatangani, penggubah lagu pop rinto harahap akan diakui kelihaiannya dalam bernegosiasi perkara utang-piutang.…

M
Modifikasi Sudah Tiga Kali
1994-02-05

Perundingan itu hanya antara bi dan pt star. george kapitan bahkan tidak memegang proposal rinto…

C
Cukup Sebulan buat Deposan
1994-02-05

Utang bank summa masih besar. tapi rinto harahap yakin itu bisa lunas dalam sebulan. dari…