Benarkah Mighty Earth Jadi Broker Pendanaan Plta Batang Toru
Edisi: 16 Jul / Tanggal : 2023-07-16 / Halaman : / Rubrik : LIN / Penulis :
MESKI sudah lewat empat tahun, Anton Sugiono masih mengingat detail pertemuannya dengan Glenn Hurowitz pada 6 Maret 2019. Komisaris Utama PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE) itu bertemu dengan Hurowitz selaku Chief Executive Officer Mighty Earth, lembaga swadaya masyarakat di bidang lingkungan asal Amerika Serikat, di restoran Nishimura, Hotel Shangri-La Jakarta. “Diskusi kami sangat menarik,” kata Anton, 66 tahun, pada Kamis, 13 Juli lalu.
Hurowitz datang ke Jakarta dan bertemu dengan Anton untuk menanyakan mitigasi PT NSHE dalam mencegah kerusakan habitat ekosistem Batang Toru di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, akibat pembangunan bendungan buat pembangkit listrik tenaga air (PLTA). PT NSHE waktu itu baru tiga tahun membuat bendungan Batang Toru sebagai sumber tenaga pembangkit berkapasitas 510 megawatt.
Pemakaian dinamit untuk terowongan air dan kehadiran manusia di hutan itu ditengarai membuat kehidupan orang utan Tapanuli terganggu. Padahal orang utan Tapanuli baru saja ditetapkan—setahun setelah NSHE membangun bendungan—sebagai spesies baru orang utan dalam jurnal Current Biology. Namanya Pongo tapanuliensis, menambah panjang daftar jenis orang utan, setelah orang utan Kalimantan dan Sumatera.
Publikasi peneliti Institut Pertanian Bogor atau IPB University, Jawa Barat, di Current Biology itu menjadi dasar para pegiat dan pencinta lingkungan untuk mengkritik pembangunan dam PLTA Batang Toru oleh NSHE. Memakai lahan seluas 122 hektare dengan dana pinjaman Bank of China sebesar Rp 21 triliun, proyek ini masuk daftar proyek strategis nasional yang harus selesai pada 2022—lalu direvisi menjadi pada 2026.
Glenn Hurowitz/www.linkedin.com/posts/glenn-hurowitz
Sebagai LSM lingkungan, Mighty Earth getol menyoroti pembangunan PLTA Batang Toru. Beberapa jam sebelum bertemu dengan Anton di Shangri-La, Hurowitz bersama Panut Hadisiswoyo, pendiri Orangutan Information Centre, menjadi narasumber konferensi pers kontroversi PLTA Batang Toru di Ritz-Carlton, Kuningan, Jakarta.
Dalam siaran pers seusai acara itu, Mighty Earth, Orangutan Information Centre, Sumatran Orangutan Conservation Programme, dan Center for Orangutan Protection membentuk Koalisi Perlindungan Orangutan Tapanuli. Koalisi ini menulis surat kepada Presiden Joko Widodo agar menghentikan pembangunan PLTA itu.
Anton Sugiono mengatakan suasana pertemuan dengan Glenn Hurowitz di Shangri-La itu sangat cair. Ia ditemani dua koleganya, Tito Pranolo dan Agus Djoko Ismanto, mengobrol tentang Batang Toru selama tiga jam. Selesai berbincang, Anton menyimpulkan Hurowitz menerima penjelasannya mengenai dampak pembangunan PLTA terhadap habitat orang utan. “Saya antarkan dia ke Hotel Westin di kawasan Kuningan tempat dia tinggal selama di Jakarta,” tutur Anton.
Selepas berpisah di Westin, Hurowitz mencatat obrolan dalam pertemuan tersebut dan mengirimkannya tengah malam itu juga…
Keywords: PLTA Batangtoru, Tambang Emas Martabe, Ekosistem Batangtoru, Orangutan Tapanuli, Mighty Earth, NSHE, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Indorayon Ditangani oleh Labat Anderson
1994-05-14Berkali-kali lolos dari tuntutan lsm dan protes massa, inti indorayon kini terjerat perintah audit lingkungan…
Bah di Silaut dan Tanahjawa
1994-05-14Dua sungai meluap karena timbunan ranting dan gelondongan kayu. pejabat menuding penduduk dan penduduk menyalahkan…
Daftar Dosa Tahun 1993
1994-04-16Skephi membuat daftar hutan dan lingkungan hidup yang mengalami pencemaran berat di indonesia. mulai dari…