Gending Aruhara Wahyu Thoyyib Pembayun

Edisi: 23 Jul / Tanggal : 2023-07-23 / Halaman : / Rubrik : SN / Penulis :


GENDING "Aruhara" sebagai pemungkas konser "Jagad Gêndèr Gumêlar” pada malam itu disajikan Wahyu Thoyyib Pambayun dengan volume suara keras, tempo cepat, dan pola ritme njlimet. Padahal gender—alat musik berbilah dari logam yang menjadi bagian dari gamelan Jawa dan Bali—tergolong instrumen bersuara lembut sehingga terkesan feminin. Sebaliknya, dalam gending "Aruhara", instrumen gender bertiwikrama menjadi alat musik sora, yaitu alat musik bersuara keras seperti bonang, saron, peking, dan demung yang nyaring bunyinya.
"Aruhara" berasal dari bahasa Sanskerta, memiliki arti huru-hara, geger, atau keributan. Sesuai dengan artinya, gending ini berpotensi memancing “keributan” para pengrawit dan pandemen gamelan Jawa pada umumnya.
Konser gamelan yang berlangsung di Teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah pada Rabu malam, 12 Juli lalu, itu menampilkan lima karya komposisi yang disusun Thoyyib sejak 2017 hingga 2022. Sebagai pengajar di Jurusan Karawitan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Jawa Tengah, ia adalah komponis yang memiliki banyak bekal, bukan hanya dalam aras praksis-kompistoris, tapi juga riset dan metode penciptaan yang mumpuni dalam berkarya. Dengan fokus pada instrumen musik gender, ia melakukan riset untuk menemukan bahasa musikal gender lebih luas. Ia menjadikan cengkok dan idiomatika permainan gender—yang kerap dijadikan patokan pola lagu vokalis atau ricikan gamelan lain—sebagai konsep dan ide dasar pembangunan komposisi.  
Komposisi-komposisi musik untuk gender yang diciptakannya disusun dengan pendekatan kompositoris yang beragam. Ia mengubah struktur-struktur ritme yang baku dalam konvensi gamelan menjadi pola-pola secara lebih leluasa. Ia juga mengolah garis-garis melodi yang transparan menjadi lebih bergejolak. Bukan hanya itu, komponis asal Wonogiri, Jawa Tengah, ini pun mengolah pola permainan, gaya, dan dinamika musiknya secara lebih variatif.
Thoyyib membuka pertunjukannya…

Keywords: GamelanGendingGamelan JawaMusik EtnikWahyu Thoyyib Pambayun
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

A
Ada Keramaian Seni, Jangan Bingung
1994-04-23

Seminggu penuh sejumlah seniman menyuguhkan berbagai hal, bertolak dari seni pertunjukan, musik, dan seni rupa.…

M
Mempertahankan Perang Tanding
1994-06-25

Reog khas ponorogo bisa bertahan, antara lain, berkat festival yang menginjak tahun ke-10. tapi, di…

R
Reog Tak Lagi Menyindir
1994-06-25

Asal asul adanya reog ponorogo untuk memperingati perang tanding antara klanasewandono dengan singabarong.