Untuk Apa Kementerian Kesehatan Mendirikan Bgsi
Edisi: 6 Agus / Tanggal : 2023-08-06 / Halaman : / Rubrik : ILT / Penulis :
DUA mesin sebesar lemari es itu berada di ruangan paling ujung di sayap kanan gedung Eijkman di kompleks Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Satu mesin berlabel Illumina NovaSeq 6000 dan lainnya yang lebih besar, BGI DNBSEQ-T7. Satu mesin lagi, Oxford Nanopore PromethION, belum terpasang di laboratorium milik Biomedical and Genome Science Initiative (BGSi) itu. “Mesinnya sengaja berbeda karena pengalaman pandemi Covid-19 dulu, susah sekali mendapatkan reagen. Kami enggak mau bergantung pada satu merek,” kata Ririn Ramadhany, staf teknis BGSi Kementerian Kesehatan, Jumat, 28 Juli lalu.
Ketiga mesin itu menjadi andalan BGSi dalam memberikan layanan pembacaan seluruh genom atau whole genome sequencing. Genom adalah rangkaian lengkap informasi genetik yang menentukan sifat (karakteristik dan kondisi) suatu organisme. Genom terdiri atas asam deoksiribonukleat (DNA), gen, dan kromosom. “Setiap individu mempunyai genetik yang berbeda. Karena itu, informasi genetik ini sangat dibutuhkan agar dapat memberikan pelayanan yang sesuai untuk masing-masing pasien,” ujar Indri Rooslamiati, kolega Ririn yang juga staf teknis BGSi.
Dalam pengobatan maju, Ririn menjelaskan, pengetahuan mengenai informasi genetik sangat penting untuk mengetahui apakah suatu obat tepat bagi seseorang. “Tidak ada satu obat untuk semua orang. Pasien A dan B yang diberikan obat yang sama ternyata perkembangan penyakitnya berbeda,” tutur Ririn. Dia memberi contoh kejadian di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Prof Dr Mahar Mardjono (RSPON), yang para klinisinya mengaku ragu dan takut memberikan clopidogrel, obat anti-penggumpalan darah, kepada pasien stroke. Musababnya, implikasi dan hasilnya berbeda-beda. “Ada yang cocok, ada yang mengalami perdarahan.”
Selain itu, Ririn mengatakan, dosis obat itu terlalu tinggi untuk orang Indonesia. “Clopidogrel memang lebih cocok untuk orang Kaukasia,” ucapnya. “Obat, saat diciptakan atau pertama kali diteliti, kebanyakan memakai referensi dari populasi Kaukasia. Padahal kondisi genetik orang Asia saja bisa berbeda dengan orang Kaukasia, apalagi orang Indonesia yang lebih beragam,” Ririn menjelaskan. Ihwal tidak adanya referensi dari populasi Indonesia, Ririn mengimbuhkan, juga dikeluhkan oleh para peneliti dalam negeri yang ingin melakukan penelitian.
Kondisi itulah, Ririn melanjutkan, yang mendasari pendirian BGSi. Peluncuran BGSi, yang diklaim sebagai Proyek Genom Nasional, dilakukan oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pada 14 Agustus 2022. “Teknologi ini sangat penting untuk kesehatan masyarakat ke depan. Melalui bioteknologi genome sequencing ini, kemampuan kita untuk mengidentifikasi sumber penyakit dan mengobatinya akan sangat pasti dan personal,” tutur Menteri Budi…
Keywords: Budi Gunadi Sadikin, Eijkman, BRIN, Genom, BGSi, Pusat Genom Nasional, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Ekornya pun Bisa Menembak
1994-05-14Dalam soal ekonomi, rusia bisa dikelompokkan terbelakang. tapi teknologi tempurnya tetap menggetarkan barat. kini rusia…
Ia Tak Digerakkan Remote Control
1994-04-16Seekor belalang aneh ditemukan seorang mahasiswa di jakarta. bentuknya mirip daun jambu. semula ada yang…
Pasukan Romawi pun Sampai ke Cina
1994-02-05Di sebuan kota kecil li-jien, di cina, ditemukan bukti bahwa pasukan romawi pernah bermukim di…