Tangan Jakarta Dan Tomy Winata Di Pulau Rempang

Edisi: 17 Sep / Tanggal : 2023-09-17 / Halaman : / Rubrik : LAPUT / Penulis :


KERUSUHAN di Pulau Rempang pada Kamis, 7 September lalu, dan di kantor Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (BP Batam), Senin, 11 September lalu, membuat Tomy Winata mempercepat kunjungannya di Eropa. Seharusnya pengusaha 65 tahun pendiri Artha Graha Network itu baru pulang pada Sabtu, 16 September lalu. Tomy pulang tiga hari lebih cepat. Para investor pelbagai negara menanyakan perihal bentrokan polisi dengan penduduk yang menolak relokasi untuk pembangunan Rempang Eco-City itu.

Anak usaha Artha Graha, PT Makmur Elok Graha, menjadi pemegang konsesi pembangunan pusat bisnis, industri, perumahan, dan pariwisata di pulau seluas 16.583 hektare itu sejak 2001. Tomy yang melawat ke Eropa sejak Kamis, 7 September lalu, juga menawarkan proyek ini kepada sejumlah investor di beberapa negara. Salah satunya, Tomy berpresentasi soal Rempang Eco-City di depan pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang Belanda. 
Tomy bercerita, ada satu investor Belanda yang menyatakan minat menanamkan modalnya di Pulau Rempang. “Tapi kalau jadi ramai mungkin dia akan mundur,” ucapnya kepada Tempo pada Kamis, 14 September lalu. "Ramai" yang dimaksud Tomy adalah keributan penolakan masyarakat atas pengosongan pulau yang dihuni sekitar 7.500 penduduk itu. (Baca wawancara Tomy Winata: Ini Hanya Miskomunikasi)

Bentrok warga Pulau Rempang dengan aparat kepolisian , 7 September 2023/Dok. BP Batam
Sebagian besar warga Pulau Rempang yang menghuni 12 kampung tua menolak relokasi ke Pulau Galang—40 kilometer dari Pulau Rempang yang terhubung dengan Jembatan 5 Barelang. BP Batam, pengelola Pulau Rempang, menolak tuntutan masyarakat atas hak kepemilikan lahan. BP Batam mengirim polisi untuk mengosongkan pulau tersebut setelah dua bulan sosialisasi relokasi tak membawa hasil. 
Pasukan gabungan Brigade Mobil Kepolisian Daerah Kepulauan Riau dan Tentara Nasional Indonesia merangsek masuk ke tiga kampung tua. Penghuni Rempang menghadang polisi dengan menutup jalan masuk ke perkampungan. Polisi membalasnya dengan menembakkan gas air mata. Sekitar 20 orang terluka akibat bentrokan itu.
Rusuh kembali terjadi pada Senin, 11 September lalu. Ribuan penduduk kampung berunjuk rasa di kantor BP Batam. Polisi menangkap 43 orang yang dituduh merusak kantor BP Batam. Kepala Kepolisian Resor Kota Barelang Komisaris Besar Nugroho Tri Nuryanto mengatakan polisi masih memburu aktor utama kerusuhan yang menjadi provokator. “Tiga koordinator lapangan aksi itu saya minta menyerahkan diri,” tuturnya. (Baca suasana Pulau Rempang setelah kerusuhan: Di Rumah Takut, Melaut Kalut)

Kantor Badan Pengusahaan (BP) Batam yang rusak akibat aksi unjuk rasa warga Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau, 11 September 2023/Antara/Teguh Prihatna
Tomy Winata mengaku sempat kewalahan meladeni pertanyaan sejumlah pengusaha yang ingin mengetahui situasi mutakhir di Pulau Rempang. Manajemen Xinyi, perusahaan Cina yang hendak membangun pabrik kaca terbesar kedua di dunia di Pulau Rempang, salah satu yang mengontak Tomy. Ia berusaha meyakinkan situasi Rempang masih terkendali. “Sejauh ini semua investor masih berkomitmen melanjutkan rencana bisnis di Rempang,” ucapnya.
Tomy menjelaskan, ada 12 perusahaan dunia yang tertarik membangun di Rempang bersama perusahaannya. Ia membantah kabar bahwa operasi pengosongan polisi dijalankan atas permintaannya. “Status lahan Rempang masih berada di BP Batam,” katanya. “Kami baru menggarap setelah serah-terima lahan.”
Tomy mengklaim sudah meminta BP Batam dan polisi tak melakukan kekerasan dalam pengosongan Pulau Rempang. Soalnya, dia menambahkan, para investor butuh kenyamanan. Karena itu, ketika kerusuhan meletus, koleganya yang sudah ia bujuk berinvestasi di Rempang bertanya ihwal kekacauan itu. Menurut Tomy, nilai investasi di Rempang mencapai hampir Rp 400 triliun. “Sedikitnya menyerap 35 ribu tenaga kerja,” ujarnya. 

Pengembangan kawasan Pulau Rempang lahir dari gagasan Bacharuddin Jusuf Habibie sewaktu menjabat Menteri Riset dan Teknologi…

Keywords: Investasi AsingTomy WinataKonflik LahanBP BatamPulau RempangRempang Eco CityInvestasi Cina
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…