Keteguhan Dan Optimisme Handry Satriago
Edisi: 24 Sep / Tanggal : 2023-09-24 / Halaman : / Rubrik : OBI / Penulis :
KITA menyimpan kenangan seperti menyusun koleksi DVD dengan rapi dalam rak. Setiap keping mewakili satu periode tertentu dalam hidup kita. Tidak semuanya kita putar ulang. Ada yang berdebu. Ada yang tersembunyi di belakang dan kita bahkan tak ingat pernah memilikinya.”
Handry Satriago mengatakan kalimat itu pada suatu sore di rumahnya di Tebet, Jakarta Selatan. Saat itu, pada pertengahan 2020, wabah Covid-19 baru merebak di Indonesia. Dengan memakai sarung batik dan kaus hitam, Chief Executive Officer General Electric Indonesia itu tampak santai bekerja dari rumah.
Dengan suara yang tebal dia melanjutkan cerita hidupnya yang penuh warna kepada saya. Handry adalah pencerita yang ulung, mungkin karena dia pelahap buku yang rakus sehingga mampu bercerita secara tertata, logis, dan deskriptif.
Di antara kisah yang kerap ia ceritakan untuk memotivasi orang lain adalah saat Handry pertama kali mengalami kelumpuhan pada usia 17 tahun. Saat itu dokter menyatakan bahwa dia memiliki kanker getah bening yang menyerang tulang belakangnya. Jalannya sudah mulai goyah hingga membatasi aktivitasnya.
Padahal sejak kecil dia adalah anak yang aktif. “Kalau kamu hidup di Bendungan Hilir saat saya SD (1970-an) dan melihat ada layang-layang yang tak pernah turun dari siang hingga magrib, itulah layang-layang saya,” kata Handry. Ketika remaja dia aktif dalam berbagai kegiatan, dari klub ilmiah sampai panjat tebing.
Puncaknya terjadi di suatu sore. Dia terjatuh ketika melakukan rukuk di rakaat kedua salat asar. “Dan itu adalah hari terakhir saya bisa berdiri, terakhir saya bisa berjalan. Ternyata Allah ingin saya enggak bisa jalan. Ketika itu terjadi, saya merasa dunia gelap. Saya marah kepada Tuhan. Saya marah kepada semua hal. Saya merasa frustrasi luar biasa. Saya mengurung diri di kamar berhari-hari, enggak mau ketemu orang,” ujarnya.
Hingga akhirnya…
Keywords: Obituari, IPB University, Handry Satriago, General Electric Indonesia, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Melukis itu Seperti Makan, Katanya
1994-04-23Pelukis nashar yang "tiga non" itu meninggal pekan lalu. tampaknya sikap hidupnya merupakan akibat perjalanan…
Pemeran Segala Zaman
1994-04-23Pemeran pembantu terbaik festival film indonesia 1982 itu meninggal, pekan lalu. ia contoh, seniman rakyat…
Mochtar Apin yang Selalu Mencari
1994-01-15Ia mungkin perupa yang secara konsekuen menerapkan konsep modernisme, selalu mencari yang baru. karena itu,…