Jaap Erkelens: Berpulangnya Perawat Sejarah
Edisi: 8 Okto / Tanggal : 2023-10-08 / Halaman : / Rubrik : OBI / Penulis :
IA tiba agak terlambat di Kedai Tempo, Utan Kayu, Jakarta Timur, siang itu. Air muka di balik berewok pirangnya yang cukup lebat tampak kecut. Semua ini di luar adatnya yang hampir selalu datang lebih awal, menunggu saya sambil ngopi dan mengisap cangklong kayu pangkal akar melati. Wajahnya pun biasanya semringah.
Seminggu sekali, dari tengah hari hingga petang, kami bertemu di sana, bekerja sambil ngopi. Sudah sejak sekitar akhir 1997 (saya baru hijrah dari penerbit Pustaka Utama Grafiti yang tumbang karena krisis ekonomi ke jurnal Kalam, Teater Utan Kayu, di area kompleks yang sama), ia mengajak saya bersamanya mengedit naskah terjemahan buku dari bahasa Belanda ke bahasa Indonesia untuk diterbitkan. Kebanyakan berupa karya ilmiah yang penting, terutama buat generasi muda agar melek sejarah.
“Maaf, sedikit terlambat. Tadi saya mampir dulu ke Arsip Nasional,” katanya. Terasa sekali kegusaran dia dari nada bicaranya. Sebelum kami mulai bekerja, cepat ia menuturkan pengalamannya yang baru saja, masih dengan perasaan amat masygul.
Tapi orang waras mana yang tidak akan terusik oleh vandalisme seperti berikut ini?
Beberapa waktu sebelumnya, ia menyerahkan kertas berisi goresan tangan Bung Karno yang dibuat dari balik jeruji penjara Sukamiskin, Bandung, Jawa Barat. Saya tidak sempat…
Keywords: Soeharto, Obituari, Orde Baru , Bung Karno, KITLV, Jaap Erkelens, Sejarah, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Melukis itu Seperti Makan, Katanya
1994-04-23Pelukis nashar yang "tiga non" itu meninggal pekan lalu. tampaknya sikap hidupnya merupakan akibat perjalanan…
Pemeran Segala Zaman
1994-04-23Pemeran pembantu terbaik festival film indonesia 1982 itu meninggal, pekan lalu. ia contoh, seniman rakyat…
Mochtar Apin yang Selalu Mencari
1994-01-15Ia mungkin perupa yang secara konsekuen menerapkan konsep modernisme, selalu mencari yang baru. karena itu,…